>
Headlines News :
Home » , » AIM Kesulitan Memasarkan Produk Warga Binaan

AIM Kesulitan Memasarkan Produk Warga Binaan

Written By Unknown on Senin, 10 Agustus 2015 | 09.18.00

Warga Danko yang tergabung dalam kelompok binaan AIM tengah sibuk membuat berbagai jenis kerajinan tangan. Hingga saat ini, produk kerajinan masayarakat marjinal ini masih kesulitan memasarkan produknya. [Foto: AIM]

Makassar, Jurnalsulteng.com- Sejumlah anak muda Makassar aktif melakukan pemberdayaan masyarakat marginal. Anak muda yang tergabung dalam  Aksi Indonesia Muda (AIM) ini memberdayakan para pengemis (eks kusta) di Jalan Dangko Jongaya dengan membangun usaha kerajinan tangan. Namun sayangnya hingga kini masih kesulitan dalam memasarkan produknya.

Koordinator pemberdayaan masyarakat AIM, Nurul Suciani Adam mengatakan saat ini AIM tengah aktif memberdayakan para pengemis (eks kusta) dengan membangun usaha kerajinan tangan
di Jalan Dangko Jongaya Kota Makassar. "Beberapa produk yang kami produksi diantaranya, keset kaki, bros, lampu hias, tas daur ulang, dan serta aksesoris lainnya," ujar Nurul Suciani, dalam rilisnya melalui email yang diterima Jurnalsulteng.com, Senin (10/08/2015)

Menurut Nurul, mereka yang bergabung dalam usaha ini sebelumnya  merupakan pengangguran dan pengemis yang mempunyai keterbatasan fisik. Melalui anak muda Makassar yang tergabung dalam AIM kata Nurul lagi, warga sudah bisa mandiri dengan menciptakan produk kerajinan tangan.

"Tetapi produk mereka belum dikenal masyarakat luas khususnya di kota Makassar, sehingga mereka terkendala jalur pemasaran," terang Nurul.
Salah satu produk hasil kerajinan tangan binaan AIM

Selain terkendala pemasaran, mereka juga butuh perhatian dari pemerintah Kota Makassar, terutama perhatian untuk memasarkan hasil usaha kerajinan tangan masyarakat Dangko.

AIM melakukan kegiatan bersama masyarakat terus berupaya untuk membina dan menggerakkan budaya berwirausaha mandiri tanpa warga harus menjadi pengemis.

Nurul mengatakan, jika produk dari hasil kerajinan tangan masyarakat Dangko  tidak secepatnya dipasarkan, dikhawatirkan warga akan putus asa dan beranggapan apa yang mereka buat menjadi sia-sia.

"Ini bisa menjadikan mereka kembali menjadi pengemis. Sekarang kami butuh bantuan beberapa pihak terutama instansi pemerintah terkait atau pihak swasta yang bersedia membantu pemasaran hasil kerajinan tangan masyarakat Dangko," demikian Nurul Suciani.[Trs/*]



Share this article :

0 komentar:

Jurnalsulteng.com on Facebook

 
Developed by : Darmanto.com
Copyright © 2016. JURNAL SULTENG - Tristar Mediatama - All Rights Reserved
Template by Creating Website
Proudly powered by Blogger