>
Headlines News :
Home » , » Aparat Coba Hentikan Pemutaran Film Senyap di Mamuju

Aparat Coba Hentikan Pemutaran Film Senyap di Mamuju

Written By Unknown on Minggu, 29 Maret 2015 | 21.24.00

Cover film Senyap
Mamuju, Jurnalsulteng.com- Pemutaran film dokumenter Senyap karya Joshua Oppenheimer yang dilaksanakan Harian Sulbar Raya berkerjasama dengan Sekolah  Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Mamuju, Sabtu (28/3/2015) malam di Warung Kopi (Warkop) Abang, dicoba dihentikan aparat kepolisian. Alasan aparat keamanan, pelaksana tidak memiliki izin penyelenggaraan pemutaran film dan diskusi.

Namun Pemimpin Harian Sulbar Raya, Sabria menolak permintaan Kasat Intel Polresta Mamuju, AKP Wismoyo yang datang menemuinya di Warkop Abang.  Sabria menilai untuk acara diskusi di warkop seperti itu tidak memerlukan izin. Selain itu, film Senyap juga sudah diputar di berbagai tempat di Indonesia Desember 2014 lalu.

Karena penolakan penghentian pemutaran film itu, akhirnya aparat Polres Mamuju yang didukung aparat dari Kodim Mamuju, Intel Kejaksaaan Negeri Mamuju, anggota Badan Intelejen Negara (BIN) akhirnya hanya bisa berjaga-jaga di Warkop Abang hingga acara selesai.

Kapolres Mamuju AKBP Eko Wagiyanto yang dihubungi via handaphone menyatakan Polres Mamuju datang ke lokasi pemutaran film Senyap dan minta dihentikan, karena berdasarkan informasi dari intelejen, film tentang korban 1965 ini dilarang pemerintah Indonesia.

Saat hendak diwawancarai lebih jauh soal upaya penghentian itu, Eko langsung menutup sambungan handphonenya. Dihubungi kembali, sudah tidak diangkat.

Sedangkan Wakapolres Mamuju, Kompol Andri yang juga dihubungi via handphone sedang tidak berada di Mamuju. Dia mengaku tidak bisa memberikan konfrimasi karena tidak mengatahui masalah tersebut.

Sementara itu, Ketua Senat STIT Mamuju, Basri menyatakan pemutaran film Senyap dilakukan untuk menambah wawasan tentang peritiwa 1965 yang selama ini diselimuti misteri. Sayangnya aparat keamanan di Mamuju terlalu refresif dan tidak paham tentang film ini.

Film Senyap, kata Basri menggambarkan sosok adi yang bisa diteladani karena jiwa besarnya yang memaafkan pelaku pembantaian terhadap kakaknya di Deli Serdang, Sumatera Utara pada Tahun 1965-1966.

Hanya saja, katanya pemutaran film itu terganggu dengan kedatangan aparat keamanan yang dia tidak mengerti datang tiba-tiba dan minta pemutaran film dihentikan. “Apa yang dilalukan aparat melanggar konstitusional negeri ini, UUD 1945 terutama pasat 28 tentang kebebasan berserikat dan berkumpul. Padahal aparat itu adalah mitra,” ujar Basri seraya menambahkan secara psikologis dia terganggu dengan kedatangan aparat keamanan dalam acara pemutaran dan diskusi itu.

Senada dengan Basri, Pemimpin Redaksi Harian Umum Sulbar Raya, Sabria menyatakan sangat heran atas tanggapan aparat keamanan yang sangat refresif terhadap pemutaran film Senyap. Hanya karena informasi yang kurang lengkap tentang film ini, aparat mecoba melakukan pembatasan terhadap hak warga negara tentang kebebasan berpikir, berserikat  dan berkumpul.

Selain itu alasan yang disampaikan aparat untuk menghentikan pemutaran film yang menyatakan pelaksanaan acara itu tidak mengantongi izin terlalu mengada-ada. Sebab diskusi dan pemutaran film di Warkop Abang adalah hal  lumrah dilakukan.

“Saya anggap aparat keamanan di Mamuju tidak berkerja secara professional. Kasat Intel yang datang menemui dan meminta penghentian film itu tidak paham dan tidak tahu apa-apa tentang film Senyap. Dia hanya mendengar informasinya saja. Makanya, saat datang saya langsung ajak dia untuk ikut menonton, karena dia mengaku kalau tidak tahu apa isi cerita dari film tersebut,” ujar Sabria dalam rilisnya pada Jurnalsulteng.com, Minggu (29/3/2015).

Pemutaran dan diskusi itu sendiri awalnya dihadiri puluhan mahasiswa dan masyarakat di Kota Mamuju. Sebelum pemutaran film Senyap, sejak sore sudah dilaksanakan pemutaran film Jagal yang juga merupakan karya Joshua Oppenhaiment.

Film Jagal dan Senyap adalah dua film documenter yang berlatar  ingatan peristiwa 1965. Bila Jagal membangun cerita dari sisi pelaku pembantaian, maka Senyap mengisahkan perjuangan keluarga korban yang penasaran ingin mencari tahu  siapa sesungguhnya orang-orang yang menjagal keluarganya.[Trs/*] 
Share this article :

0 komentar:

Jurnalsulteng.com on Facebook

 
Developed by : Darmanto.com
Copyright © 2016. JURNAL SULTENG - Tristar Mediatama - All Rights Reserved
Template by Creating Website
Proudly powered by Blogger