>
Headlines News :
Home » , » Menelisik Deklarasi Jokowi dari Primbon Jawa

Menelisik Deklarasi Jokowi dari Primbon Jawa

Written By Unknown on Sabtu, 15 Maret 2014 | 12.21.00

Gubernur DKI Jakarta yang juga Kader Nasional PDI P, Joko Widodo memberikan pengarahan saat rapat akbar PDI P di Pekanbaru, Riau (8/3/2014) lalu. Jokowi hadir di Pekanbaru, guna mengikuti Rapat Akbar PDI P juga berpidato untuk para calon anggota DPRD dari PDI P se Provinsi Riau. (ANTARA)

Kediri, Jurnalsulteng.com - Deklarasi Joko Widodo (Jokowi) menjadi calon presiden yang dilakukan pada hari Jumat, 14 Maret 2014, mendapat perhatian komunitas budayawan Handarbeni Hangrungkepi Upaya Madya (Edhum) Kediri. Pemilihan hari itu dianggap tepat dengan perlambang atau wuku tunggak semi yang berarti kekuatan baru.

Dalam diskusi yang digelar di Jalan Doho, Kediri, Jumat (14/3/ 2014) malam,  atau beberapa jam seusai Jokowi mendeklarasikan diri sebagai calon presiden, sejumlah budayawan Jawa dan Tiong Hoa dalam komunitas Edhum menganalisa momentum tersebut dari sudut pandang wuku. Adapun wuku adalah perlambang dari sifat-sifat manusia yang dilahirkan pada hari-hari tertentu seperti layaknya horoskop atau perbintangan. "Kita cocokkan antara tanggal kelahiran Jokowi dan hari deklarasinya,"  kata Sutjahjo Gani, salah satu budayawan Edhum.

Hari Jumat Pahing saat Jokowi mengumumkan deklarasinya memiliki wuku tunggak semi. Dalam Kalender Pawukon yang memiliki rentang waktu pembacaan 200 tahun, wuku tunggak semi adalah wuku yang sangat bagus. Tunggak semi yang dalam Bahasa Indonesia berarti tumbuh tunas memiliki makna kemunculan kekuatan baru yang tak bisa dikalahkan. Meski ditebas berkali-kali, dia akan terus tumbuh dan muncul ke permukaan.

Budayawan yang juga cicit buyut pemilik penerbitan buku tertua di Indonesia, Tan Khoen Swie, ini melanjutkan wuku tersebut sangat sinergi dengan kelahiran Jokowi hari Rabu Pon tanggal 21 Juni 1961 yang memiliki banyak keunggulan. Di antaranya adalah memiliki watak guru, menyukai ilmu pengetahuan, dan senang menjadi tempat pengungsian saudara alias suka menolong. Perlambang Jokowi lainnya adalah jika memiliki keinginan akan terlaksana.

Budayawan Edhum lainnya, Bardi Agan, mengatakan wuku Jokowi ini juga memiliki kelemahan terhadap unsur besi. Soal besi, menurut pengajar Universitas Nusantara PGRI Kediri ini, bisa memiliki banyak makna. Bisa saja dalam pemerintahannya nanti Jokowi akan menghadapi kuatnya kelompok parlemen atau kekuatan lain yang bertangan besi.  "Atau bisa juga besi diartikan militer,"  kata Bardi.

Namun demikian, Bardi menegaskan hal ini hanyalah pembacaan penanggalan berdasarkan ilmu kitab kuno. Sebab, pada dasarnya watak seseorang terdiri dari dua hal yakni watak dasar yang dimiliki sejak lahir dan  watak ajar yang dibentuk oleh proses belajar. Teori penanggalan ini, menurut Bardi, sudah teruji sejak bertahun-tahun dan diakui khalayak.***


sumber:tempo.co

Share this article :

0 komentar:

Jurnalsulteng.com on Facebook

 
Developed by : Darmanto.com
Copyright © 2016. JURNAL SULTENG - Tristar Mediatama - All Rights Reserved
Template by Creating Website
Proudly powered by Blogger