Laporan: Agus Manggona
Palu, Jurnalsulteng.com- Para kandidat yang akan maju di Pemilihan Walikota (Pilwakot) Palu di Pilkada Serentak Desember mendatang sepertinya masih gamang menentukan pasangan, termasuk partai pengusung. Padahal tahapan pencalonan sesuai dengan rancangan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah dimulai Juli mendatang. Belum lagi menyangkut konflik internal partai Golkar dan PPP yang sampai saat ini belum ada titik terang, hasil Munas mana yang berhak menandatangani rekomendasi terhadap kandidat Gubernur, Bupati dan Walikota di daerah.
Harus diakui sudah banyak figur yang menyatakan kesiapannya untuk maju dan berkompetitor, sebut saja Andi Mulhanan Tombolotutu (Wakil Walikota) , Hidayat MSi (Kepala Balitbangda Sulteng), Sigit Purnomo Said (Wasekjen DPP PAN), Hadiyanto Rasyid (Ketua DPD Partai Hanura Sulteng) serta Habsa Yanti Ponulele (Fungsionaris DPD Partai Nasdem Sulteng).
Namun sejauh ini, baru dua kandidat yang menentukan pasangannya yakni Hadiyanto Rasyid–Zainuddin Tambuala dan Sigit Purnomo Said- Tompa Jotokodi, sekalipun sampai saat ini belum melakukan deklarasi.
Sebelumnya Andi Mulhanan Tombolotutu yang biasa disapa Tony ini, akan berpasangan dengan anggota DPRD Sulteng Habsa Yanti Ponulele. Namun belakangan kedua pasangan ini , kabarnya “pecah kongsi”. Terbukti, beberapa hari lalu, Hafsa Yanti mendaftarkan diri di PDI-Perjuangan sebagai bakal calon Walikota. Sekalipun sebelumnya Wakil Sekertaris DPC Partai Gerindra Kota Palu Andi Risman menuturkan, dari dua pasang yang direkomendasi ke DPP, salah satunya pasangan Andi Mulhanan Tombolotutu- Habsa Yanti Ponulele (Amanah).
Keinginan Habsa untuk maju sebagai orang nomor satu di Kota Kaledo ini, bisa jadi karena desakan kader Nasdem dan massa pendukungnya, karena mereka yakin elektabilitas serta kredibilitas Habsa sudah pernah teruji. Dimana pada Pilwakot 2011 lalu, Habsa mengantongi suara yang cukup signifikan, belum lagi indikator lain, dimana pada Pileg 2014, Habsa terpilih sebagai anggota DPRD Sulteng dari dapil Kota Palu. Sehingga sangat beralasan, bila kader Nasdem dan massa pendukungnya tidak rela jika sosok sang inovator ini hanya dijadikan ban serep atau 02.
(Baca Juga: Habsa Harus 01 di Pilwakot )
Melihat konstalasi politik seperti ini, dapat dipastikan hajatan demokrasi kali ini, akan semakin sengit dan memanas. Mengingat para kandidat akan berebut partai politik sebagai lokomotif menuju 01 Palu. Untuk diketahui torehan kursi di DPRD Kota Palu, Partai Golkar (6) kursi, Gerindra (6), Hanura (4), PAN (4), PKB (3), PDI-P (3), PKS (3), Demokrat (3), Nasdem 2 serta PPP (1) kursi.
Menurut beberapa kalangan, besar kemungkinan yang akan bertarung kelak hanyalah tiga pasang kandidat. Ini didasarkan oleh torehan kursi di parlement. Kecuali ada sosok yang lahir dari rahim independen dan memenuhi syarat mengumpulkan suara dukungan 30 persen dari pemilih. Maka kontestan akan bertambah.
Jika prediksi sebagian kalangan benar adanya, maka sulit untuk menebak siapa yang bakal menjadi jawara dan siapa yang akan tereliminasi ditengah jalan dengan alasan tidak mengantongi dukungan partai. Karena rata-rata pasangan kandidat ini, memiliki massa dukungan yang fanatik, militan dan idealis.
Semuanya berpulang kepada masyarakat selaku pemilik hak konstitusi. Apakah ingin memilih sang penerus, ataukah menginginkan sosok pemimpin baru dengan harapan baru untuk Kota Palu kedepan.[***]
Editor: Sutrisno
Palu, Jurnalsulteng.com- Para kandidat yang akan maju di Pemilihan Walikota (Pilwakot) Palu di Pilkada Serentak Desember mendatang sepertinya masih gamang menentukan pasangan, termasuk partai pengusung. Padahal tahapan pencalonan sesuai dengan rancangan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah dimulai Juli mendatang. Belum lagi menyangkut konflik internal partai Golkar dan PPP yang sampai saat ini belum ada titik terang, hasil Munas mana yang berhak menandatangani rekomendasi terhadap kandidat Gubernur, Bupati dan Walikota di daerah.
Harus diakui sudah banyak figur yang menyatakan kesiapannya untuk maju dan berkompetitor, sebut saja Andi Mulhanan Tombolotutu (Wakil Walikota) , Hidayat MSi (Kepala Balitbangda Sulteng), Sigit Purnomo Said (Wasekjen DPP PAN), Hadiyanto Rasyid (Ketua DPD Partai Hanura Sulteng) serta Habsa Yanti Ponulele (Fungsionaris DPD Partai Nasdem Sulteng).
Namun sejauh ini, baru dua kandidat yang menentukan pasangannya yakni Hadiyanto Rasyid–Zainuddin Tambuala dan Sigit Purnomo Said- Tompa Jotokodi, sekalipun sampai saat ini belum melakukan deklarasi.
Sebelumnya Andi Mulhanan Tombolotutu yang biasa disapa Tony ini, akan berpasangan dengan anggota DPRD Sulteng Habsa Yanti Ponulele. Namun belakangan kedua pasangan ini , kabarnya “pecah kongsi”. Terbukti, beberapa hari lalu, Hafsa Yanti mendaftarkan diri di PDI-Perjuangan sebagai bakal calon Walikota. Sekalipun sebelumnya Wakil Sekertaris DPC Partai Gerindra Kota Palu Andi Risman menuturkan, dari dua pasang yang direkomendasi ke DPP, salah satunya pasangan Andi Mulhanan Tombolotutu- Habsa Yanti Ponulele (Amanah).
Keinginan Habsa untuk maju sebagai orang nomor satu di Kota Kaledo ini, bisa jadi karena desakan kader Nasdem dan massa pendukungnya, karena mereka yakin elektabilitas serta kredibilitas Habsa sudah pernah teruji. Dimana pada Pilwakot 2011 lalu, Habsa mengantongi suara yang cukup signifikan, belum lagi indikator lain, dimana pada Pileg 2014, Habsa terpilih sebagai anggota DPRD Sulteng dari dapil Kota Palu. Sehingga sangat beralasan, bila kader Nasdem dan massa pendukungnya tidak rela jika sosok sang inovator ini hanya dijadikan ban serep atau 02.
(Baca Juga: Habsa Harus 01 di Pilwakot )
Melihat konstalasi politik seperti ini, dapat dipastikan hajatan demokrasi kali ini, akan semakin sengit dan memanas. Mengingat para kandidat akan berebut partai politik sebagai lokomotif menuju 01 Palu. Untuk diketahui torehan kursi di DPRD Kota Palu, Partai Golkar (6) kursi, Gerindra (6), Hanura (4), PAN (4), PKB (3), PDI-P (3), PKS (3), Demokrat (3), Nasdem 2 serta PPP (1) kursi.
Menurut beberapa kalangan, besar kemungkinan yang akan bertarung kelak hanyalah tiga pasang kandidat. Ini didasarkan oleh torehan kursi di parlement. Kecuali ada sosok yang lahir dari rahim independen dan memenuhi syarat mengumpulkan suara dukungan 30 persen dari pemilih. Maka kontestan akan bertambah.
Jika prediksi sebagian kalangan benar adanya, maka sulit untuk menebak siapa yang bakal menjadi jawara dan siapa yang akan tereliminasi ditengah jalan dengan alasan tidak mengantongi dukungan partai. Karena rata-rata pasangan kandidat ini, memiliki massa dukungan yang fanatik, militan dan idealis.
Semuanya berpulang kepada masyarakat selaku pemilik hak konstitusi. Apakah ingin memilih sang penerus, ataukah menginginkan sosok pemimpin baru dengan harapan baru untuk Kota Palu kedepan.[***]
Editor: Sutrisno
0 komentar:
Posting Komentar