Oleh: Andrie Wawan Ms. Husen
Selamat Datang Presiden Republik Indonesia (Jokowi Widodo) di Bumi Tadulako, Hari ini dimasa pemerintahanmu yang kurang lebih 7 (Tujuh) Bulan semua Harga bahan-bahan kebutuhan dapur, kebutuhan kantor, kebutuhan pendidikan, kebutuhan sopir, kebutuhan Buruh, kebutuhan Nelayan, kebutuhan Petani dan kebutuhan semua rakyat Indonesia melambung tinggi.
Tenyata penyebabnya karena kebijakanmu yang menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ditengah-tengah Situasi Ekonomi Nasional yang tidak stabil dan juga Harga Minyak Internasional Turun,
Kenaikan BBM yang engkau katakan akan dialihkan ke sektor produktif hari ini belumlah dapat dirasakan oleh rakyat kelas menengah kebawah, Mengapa demikian ?
Disisi lain, Perdebatan soal kepemilikan aset-aset negara disektor perkebunan, sektor perusahaan, dan sektor industri yang sampai hari ini masih dikuasi oleh pihak asing atau yang biasanya disebut penguasaan Sumber daya Alam kita masih dikuasi oleh negara Neoliberalisme masih menjadi pertanyaan dikami yang setiap hari berteriak dijalanan untuk menyuarakannya.
Penguasaan asing terhadap hasil alam di Indonesia dewasa ini adalah menjadi permasalahan bangsa yang hari ini sepatutnya kita pertanyakan kepada Presiden Indonesia yang katanya akan berpihak kepada kepentingan rakyat kecil.
Tapi lihatlah PT. Freeport di wilayah ujung timur Indonesia yang hari ini tidak pernah menjadi target pembicaraan ditataran kementrian yang beri nama “Kabinet Kerja”.
Malahan Presiden Indonesia Jokowi Dodo dalam pertemuan APEC dibeijing dan KTT G20 diaustralia (Pertemuan Ekonomi Internasional) Berusaha untuk mengajak kepada Bangsa-bangsa Asing (Bangsa Imprealis dan Kapitalis) untuk berinvestasi ke Indonesia ditengah-tengah belum adanya realisasi secara kerja dan tindakan tentang penegakkan TRI SAKTI yang sebenar-benarnya oleh pemerintan Presiden Jokowi-JK.
Padahal Konsep TRI SAKTI (Berdaulat secara Politik, Berdikari Secara Ekonomi, Berkepribadian Secara Budaya) adalah salah satu Janji Presiden sewaktu Kampanye lalu. Pun permasalahan Revolusi Mental yang menjadi slogan untuk mempersatukan massa pendukung Jokowi-JK sewaktu Joko Widodo masih menjadi Calon Presiden yang hari ini justru berbanding terbalik dengan situasi lapangan.
Maka kamipun bertanya Apakah dengan ditangkapnya kawan-kawan kami di Palembang, di Makassar, Di Jogyakarta dan di daerah-daerah lain yang hanya melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Mahasiswa (Agent Of Change dan Agent Of Sosial) untuk menyampaikan Aspirasi adalah awal Revolusi Mental itu mulai ?
Apakah pula dengan Di-represifnya kawan-kawan Wartawan yang meliput di Makasar, di Gilasnya Kawan Arif (Korban Meninggal Dunia Aksi UMI) dengan Mobil Water Cannon di Makassar, Mahasiswa Di seret-seret bagaikan binatang dijalan, dan lain-lain itu sebagai titik awal Revolusi Mental ?
Dari Sebagian kecil permasalah Bangsa Hari Ini yang belum diperhatikan dan Kekecewaan kami kepada Presiden Indonesia Atas Kebijakan-Kebijakannya yang tidak Pro kepada Rakyat, Kami dari Ikatan Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta Se Sulawesi Tengah menyatakan Sikap:
1. Turunkan Rezim Joko Widodo,
2. Tolak Rencana Presiden Joko Widodo Datang ke Sulawesi Tengah,
3. Moratorium Reklamasi Teluk Palu,
4. Tolak Artis Jadi Walikota Palu,
5. Stabilitaskan Perekonomian Bangsa (BBM, TDL, LPG, Tarif KA, dll)
6. Tegakkan TRI SAKTI (Berdaulat, Berdikari dan Berkepribadian) sebenar-benarnya,
7. Cabut Permendikbud No.49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi,
8. Revisi Peraturan Perundang-undangan titipan Bangsa Asing,
9. Hentikan Eksploitasi Terhadap Perempuan dan Anak dibawah Umur.***
(Habis/Bagian 4 dari 4 tulisan)
(Penulis adalah Dewan Pembina Ikatan Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta Sulawesi tengah dan Mahasiswa Fakultas Hukum Unismuh Palu)
Tenyata penyebabnya karena kebijakanmu yang menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ditengah-tengah Situasi Ekonomi Nasional yang tidak stabil dan juga Harga Minyak Internasional Turun,
Kenaikan BBM yang engkau katakan akan dialihkan ke sektor produktif hari ini belumlah dapat dirasakan oleh rakyat kelas menengah kebawah, Mengapa demikian ?
Disisi lain, Perdebatan soal kepemilikan aset-aset negara disektor perkebunan, sektor perusahaan, dan sektor industri yang sampai hari ini masih dikuasi oleh pihak asing atau yang biasanya disebut penguasaan Sumber daya Alam kita masih dikuasi oleh negara Neoliberalisme masih menjadi pertanyaan dikami yang setiap hari berteriak dijalanan untuk menyuarakannya.
Penguasaan asing terhadap hasil alam di Indonesia dewasa ini adalah menjadi permasalahan bangsa yang hari ini sepatutnya kita pertanyakan kepada Presiden Indonesia yang katanya akan berpihak kepada kepentingan rakyat kecil.
Tapi lihatlah PT. Freeport di wilayah ujung timur Indonesia yang hari ini tidak pernah menjadi target pembicaraan ditataran kementrian yang beri nama “Kabinet Kerja”.
Malahan Presiden Indonesia Jokowi Dodo dalam pertemuan APEC dibeijing dan KTT G20 diaustralia (Pertemuan Ekonomi Internasional) Berusaha untuk mengajak kepada Bangsa-bangsa Asing (Bangsa Imprealis dan Kapitalis) untuk berinvestasi ke Indonesia ditengah-tengah belum adanya realisasi secara kerja dan tindakan tentang penegakkan TRI SAKTI yang sebenar-benarnya oleh pemerintan Presiden Jokowi-JK.
Padahal Konsep TRI SAKTI (Berdaulat secara Politik, Berdikari Secara Ekonomi, Berkepribadian Secara Budaya) adalah salah satu Janji Presiden sewaktu Kampanye lalu. Pun permasalahan Revolusi Mental yang menjadi slogan untuk mempersatukan massa pendukung Jokowi-JK sewaktu Joko Widodo masih menjadi Calon Presiden yang hari ini justru berbanding terbalik dengan situasi lapangan.
Maka kamipun bertanya Apakah dengan ditangkapnya kawan-kawan kami di Palembang, di Makassar, Di Jogyakarta dan di daerah-daerah lain yang hanya melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Mahasiswa (Agent Of Change dan Agent Of Sosial) untuk menyampaikan Aspirasi adalah awal Revolusi Mental itu mulai ?
Apakah pula dengan Di-represifnya kawan-kawan Wartawan yang meliput di Makasar, di Gilasnya Kawan Arif (Korban Meninggal Dunia Aksi UMI) dengan Mobil Water Cannon di Makassar, Mahasiswa Di seret-seret bagaikan binatang dijalan, dan lain-lain itu sebagai titik awal Revolusi Mental ?
Dari Sebagian kecil permasalah Bangsa Hari Ini yang belum diperhatikan dan Kekecewaan kami kepada Presiden Indonesia Atas Kebijakan-Kebijakannya yang tidak Pro kepada Rakyat, Kami dari Ikatan Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta Se Sulawesi Tengah menyatakan Sikap:
1. Turunkan Rezim Joko Widodo,
2. Tolak Rencana Presiden Joko Widodo Datang ke Sulawesi Tengah,
3. Moratorium Reklamasi Teluk Palu,
4. Tolak Artis Jadi Walikota Palu,
5. Stabilitaskan Perekonomian Bangsa (BBM, TDL, LPG, Tarif KA, dll)
6. Tegakkan TRI SAKTI (Berdaulat, Berdikari dan Berkepribadian) sebenar-benarnya,
7. Cabut Permendikbud No.49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi,
8. Revisi Peraturan Perundang-undangan titipan Bangsa Asing,
9. Hentikan Eksploitasi Terhadap Perempuan dan Anak dibawah Umur.***
(Habis/Bagian 4 dari 4 tulisan)
(Penulis adalah Dewan Pembina Ikatan Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta Sulawesi tengah dan Mahasiswa Fakultas Hukum Unismuh Palu)
0 komentar:
Posting Komentar