Ilustrasi |
Menurut Longki, dengan adanya realisasi tertinggi yang terjadi selama ini, menjadi bukti bahwa Sulteng makin dimintai dan menjadi salah satu tujuan investor untuk menanamkan investasinya.
Tahun 2013 kata Longki, realisasi investasi hanya Rp12,71 triliun, naik menjadi Rp17,89 pada 2014.
Sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya lebih kecil lagi, yakni pada 2012 sebesar Rp9,98 triliun dan 2011 hanya Rp7,54 triliun.
Besarnya realisasi investasi tersebut karena adanya sektor pertambangan diantaranya, ekspoilitasi gas alam cair oleh PT. Donggi Senoro di Kabupaten Banggai dan pembangunan smelter di Morowali oleh PT. Bintang Delapan Mineral.
Sebagai provinsi yang memiliki kawasan terluas di Pulau Sulawesi kata Longki, Sulawesi Tengah memiliki potensi unggulannya yang belum digarap diantaranya, batubara, galena, emas, molibdenum, tembaga, belerang dan sebagainya. "Semua potensi tersebut masih menanti masuknya investor untuk menggarapnya," ujarnya.
Beberapa komoditas potensi Sulteng itu bukan hanya bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga berpotensi untuk diekspor.
Longki juga menyebutkan, sejumlah komoditas primadona ekspor, yang sudah turut memberi andil sebagai penerimaan devisa yakni minyak mentah dan bijih nikel, yang pada 2014 lalu masing-masing mencapai US$35,02 juta dan US$19,34 juta.
"Dari seluruh nilai ekspor Sulteng sebesar US$80,59 juta, berkontribusi dua komoditas itu sebesar 64,75 persen," jelas Longki.***
Wartawan/Editor: Agus M/Sutrisno
0 komentar:
Posting Komentar