>
Headlines News :
Home » , » Kakao Sulteng Jangan Seperti Nasib Karet Brazil

Kakao Sulteng Jangan Seperti Nasib Karet Brazil

Written By Unknown on Jumat, 10 Oktober 2014 | 23.25.00

Palu, Jurnalsulteng.com- Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengharapkan agar kakao yang menjadi produk unggulan Sulawesi Tengah tidak bernasib tragis seperti yang dialami karet di Brazil karena punah akibat serangan penyakit.

"Brazil pernah jadi penghasil karet terbesar dunia, tapi karena serangan penyakit, sekarang tidak ada satu batang pun pohon karet di sana," kata Rusman saat meresmikan Kantor Balai Karantina Pertanian Kelas II di Palu, Jumat (10/10/2014).

Rusman menegaskan bahwa semua pihak harus berkaca pada kejadian puluhan tahun lalu itu dan petugas Balai Karantina memainkan peran sangat penting untuk melakukan pencegahan.

"Bukan tugas ringan karena Balai Karantina bertugas menangkal masuknya berbagai penyakit di seluruh wilayah Indonesia dan juga mencegah masuknya hewan dan nabati yang bisa menularkan virus," kata mantan Kepala BPS itu.

Rusman juga menyinggung virus ebola yang menjangkiti beberapa negara Afrika Barat dan bahkan sudah menyebar ke Spanyol dan membuat panik Eropa.

"Inilah tugas berat Balai Karantina karena ebola menyebar melalui kelelawar dan hewan primata. Kita sekarang bisa tenang sambil tersenyum karena belum ditemukan kasus ebola di Tanah Air," katanya.

"Tapi senyum bisa akan segera hilang dan berganti ketakutan jika ada di antara kita yang tertular. Ini bukan menakut-nakuti," katanya menambahkan.

Sebagai sentra kakao di Tanah Air, ia juga berharap Sulteng tidak hanya menjadi penghasil bahan mentah, tapi juga mampu menghasil produk olahan.

"Tantangan ke depan adalah menciptakan produksi olahan, tidak hanya bahan mentah. Saya belum mendengar adanya pabrik coklat di Sulteng, padahal daerah ini pengasil kakao terbesar," katanya.

Menurut Rusman, produk kakao Sulteng ibarat pepatah "sapi punya susu, kerbau punya nama" karena hasil dari daerah itu justru dikirim keluar oleh Sulawesi Selatan untuk selanjutnya diekspor ke luar negeri.

Sementara itu, Kepala Badan Karantina Pertanian Kementan Banun Harpini mengatakan Sulteng tahun lalu mengekspor biji kakao, biji kelapa dengan nilai Rp700 miliar dengan tujuan pasar Eropa dan Asia.

"Bahkan Sulteng sudah surplus untuk kebutuhan pangan. Ini sungguh membanggakan. Ini harus dipertahankan dan bahkan ditingkatkan," katanya.

Menurut Banun, Balai Karantina Palu siap mengawal hasil produk dan melakukan inspeksi bagi tenaga ahli untuk lebih menghemat biaya dan demi efisien.

"Saat ini manajemen sistem dan mekanisme pelayanan di BKP Palu telah mendapat pengakuan dari lembaga sertifikasi dalam mengimplementasikan Standar Mutu Manajemen ISO 9001: 2008," katanya.

Menyambut diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun depan, Banun menegaskan bahwa pihaknya sudah siap sejak tahun lalu.

"Kita sudah siap sejak tahun lalu, terrmasuk tindakan karantina. Kita juga sudah punya klasifikasi berdasarkan resiko. Dari sisi teknologi dan SDM juga sudah tidak ada masalah karena sudah adanya sistem yang terkoneksi antar instansi," kanya menambahkan.[Ant]


Share this article :

0 komentar:

Jurnalsulteng.com on Facebook

 
Developed by : Darmanto.com
Copyright © 2016. JURNAL SULTENG - Tristar Mediatama - All Rights Reserved
Template by Creating Website
Proudly powered by Blogger