>
Headlines News :
Home » , » Pelemahan Rupiah Bisa Ganggu Fundamental Ekonomi

Pelemahan Rupiah Bisa Ganggu Fundamental Ekonomi

Written By Unknown on Rabu, 12 Juni 2013 | 13.08.00

JURNAL JAKARTA - Pelemahan rupiah yang terjadi di tanah air hingga menembus Rp10.000 per USD harus segera diatasi, bila tidak maka fundamental ekonomi akan terganggu. Seiring dengan lemahnya rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan pasar surat berharga negara (SBN) akan mengalami penurunan.

Menurut ekonom Standard Chatered Bank, Fauzi Ihsan, sentimen negatif dari dalam yang begitu kuat membuat rupiah terpuruk, ketidakpastian pemerintah terkait kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) masih menjadi faktor utama.

"Pemerintah dalam hal ini harus tegas, kebijakan soal BBM harus segera diputuskan, karena ini menyangkut kepercayaan investor juga, ketidakpastian tersebut otomatis membuat asing banyak jualan," ungkapnya seperti dilansir Okezone, Rabu (12/6/2013).

Fauzi menjelaskan, bahwa investor asing memiliki yang namanya "Batas Potensi Kerugian", di mana bila batas tersebut sudah terlewat angkanya maka asing harus jual. Bila asing menjual mereka harus membeli dolar, maka dolar akan semakin tinggi.

"Tugasnya pemerintah adalah bagaimana caranya membuat rupiah kembali menarik, kenapa harus menarik karena kalau rupiah melemah inflasi akan naik, impor juga naik, kalau rupiahnya tidak menarik otomatis akan membuat investor asing menjual, tidak saja di pasar saham, valas, SBN juga,"jelas dia.

Pemerintah dalam hal ini, harus menjaga fundamental kembali baik, yaitu dengan segera menghentikan pelemahan rupiah yang terjadi, karena bila rupiah kembali normal maka kepercayaan investor akan kembali pulih. Saat ini kepercayaan investor sudah mulai berkurang seiring dengan melemahnya rupiah.

"Dalam hal ini ada empat hal yang harus dilakukan pemerintah yaitu terkait BBM, suku bunga, intervensi dan terkait masalah akuisisi bank oleh asing,"imbuh dia.

Lebih lanjut, pertama terkait BBM, pemerintah dalam hal ini harus tegas, apakah BBM akan naik atau tidak, karena ini merupakan momentum dimana investor mulai kehilangan kepercayaan, karena ini akan mempengaruhi kepada kebijakan fiskal.

"Harus jelas naik atau tidak, kalau naik berapa kalau tidak naik maka kebijakan apa yang akan diambil supaya menekan cadangan devisa,"tutur dia.

Selain itu yang kedua, suka atau tidak suka BI harus menaikan suku bungu minimal 1 persen bunga Fasbi, hal tersebut supaya rupiah kembali menarik lagi di mata investor. Ketiga BI harus intervensi lebih agresif ke di pasar valas. Terakhir rencana merger bank asing (Bank Danamon) harus segera diselesaikan, karena ini menyangkut aliran modal asing yang masuk ke pasar saham.

"Saat ini kita membutuhkan dana asing karena kondisi neraca perdagangan kita defisit, kalau surplus tidak masalah, karena kalau merger terjadi, potensi dana masuk asing besar," ujar dia.***


sumber:okezone.com
Share this article :

0 komentar:

Jurnalsulteng.com on Facebook

 
Developed by : Darmanto.com
Copyright © 2016. JURNAL SULTENG - Tristar Mediatama - All Rights Reserved
Template by Creating Website
Proudly powered by Blogger