Jokowi |
Jakarta, Jurnalsulteng.com- Presiden Joko Widodo alias Jokowi terus menunjukkan sikap inkonsistensi. Paling anyar, ketika dia mengklarifikasi pidatonya dalam Konfrensi Asia-Afrika (KAA) beberapa waktu lalu tentang IMF, ADB dan World Dunia.
Hal itu sebagaimana diutarakan Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID), Jajat Nurjaman yang dilansir RMOL, Senin (27/4/2015).
Menurut dia, seharusnya Jokowi tidak perlu melakukan klarifikasi itu. Sebab, antusiasme masyarakat juga begitu tinggi terhadap isi pidato Jokowi tersebut.
"Sikap Jokowi tersebut tidak menggambarkan keselarasan antara perkataan dengan tindakan, padahal dia berbicara dalam forum resmi di hadapan para pemimpin negara-negara dunia," terang dia.
Dengan adanya klarifikasi tersebut, masih kata Jajat, terbukti bahwa pidato Jokowi dibuat sekedar untuk mendapatkan tepuk tangan semata. Padahal, sebagai seorang pemimpin, seharusnya Jokowi bisa memberikan contoh yang baik.
"Bisa dibayangkan bagaimana tanggapan negara-negara peserta KAA lainnya jika mengentahui apa yang diucapkan dalam pidato Jokowi di KAA ternyata hanya sebatas dagelan semata. Jokowi sama saja menjatuhkan martabat bangsa Indonesia di mata dunia," urai dia.
Memang, banyak pihak pasti menyatakan setuju apabila Indonesia tidak harus selalu bergantung kepada IMF, ADB dan World Bank. Jajat bilang, itu merupakan niatan yang baik. Namun, perlu diingat bahwa selama ini Indonesia dan negara lain masih sering bergantung pada bantuan dari institusi tersebut.
"Jangan lupa pula bahwa hutang kita ke IMF dan World Bank masih cukup banyak. Peristiwa pidato Jokowi membuat rakyat mempertanyakan apakah konseptor dari naskah pidato tersebut benar-benar mengerti situasi hubungan Indonesia dan institusi tersebut atau hanya asal sebut," demikian Jajat. [***]
Sumber; Rmol
0 komentar:
Posting Komentar