Ketua Komnas HAM Perwakilan Sulteng, Dedi Askari, SH dalam siaran pers-nya, Senin (13/4/2015) mengatakan, pemerintah harus melakukan langkah tersebut sebagai bentuk kemanusiaan dan tanggungjawab negara lewat representasi kelembagaan yang berkompeten.
“Terlepas apakah kemudian istri Daerng Koro pada akhirnya ditetapkan sebagai tersangka atau diupayakan melalui mekanisme penyelesaian alternatif lainnya," terang Dedi.
Dedi juga meminta agar pemerintah bijak terhadap istri Daeng Koro, mengingat yang bersangkutan dalam kondisi hamil delapan bulan.
“Haruslah ada kebijakan khusus, semisal membantu yang bersangkutan menjalani kehidupannya menyongsong momentum lahirnya sang bayi hingga pembiayaan penghidupan sang ibu dan anak," imbuhnya.
Dalam rilisnya Komnas HAM juga mengaku terkejut saat mengetahui ketiga anak Daeng Koro ikut menenteng senjata sebagaimana foto yang dilansir Polda Sulteng pekan lalu.
“Sungguh jika tidak hendak dikatakan membuat publik shok, betapa tidak anak seusia itu telah dididik memanggul senjata, tentunya keadaan tersebut memunculkan berbagai tanya, bagaimana nasib dan arah kehidupan ketiga anak almarhum dikemudian hari,” lanjutnya.
Untuk itu, Komnas HAM RI Perwakilan Sulawesi Tengah meminta kelembagaan Negara terkait, baik yang ada di Jakarta maupun yang ada di daerah (propinsi dan kabupàten) untuk melakukan intervensi kepada istri dan anak-anak Daeng Koro secara berkala dan sistimatis melalui pembinaan mental (pemulihan psikologis), pembinaan keagamaan secara benar baik melalui lembaga-lembaga pendidikan formal maupun lembaga-lembaga keagamaan binaan departemen agama.[***]
Wartawan/Editor: Sutrisno/Agus Manggona
0 komentar:
Posting Komentar