>
Headlines News :
Home » » Mengenal Kumulonimbus, Awan Berbahaya dalam Penerbangan

Mengenal Kumulonimbus, Awan Berbahaya dalam Penerbangan

Written By Unknown on Rabu, 31 Desember 2014 | 14.37.00


Jurnalsulteng.com- Awan raksasa ini membentang secara vertikal, mengokupasi seluruh ruang tingkatan awan dan membuat kerdil awan lainnya.

Awan Kumulonimbus atau biasa disingkat menjadi Cb menjadi salah satu perkiraan penyebab jatuhnya pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501. Kumulonimbus sendiri berasal dari bahasa latin cumulus atau akumulasi, serta nimbus atau hujan.

Awan ini juga pernah menghantam pesawat Boeing 737 milik Garuda pada 2002 silam. Saat itu, pesawat dengan rute Mataram-Yogyakarta tersebut selamat, setelah pilotnya mampu melakukan pendaratan darurat di Sungai Bengawan Solo dalam keadaan mesin pesawat yang mati.

Mengutip NationalGeographic, awan Cb biasanya ditemani oleh awan kumulus di ketinggian yang lebih rendah, menyebabkan terjadinya pembentukan awan seperti jamur yang membentang beberapa kilometer. Ketinggian awan Cb bisa mencapai 39 ribu kaki (12 kilometer) atau lebih dari permukaan tanah.

Awan ini terjadi akibat ketidakstabilan yang terjadi di atmosfer. Secara umum, awan ini terbentuk dari uap air yang dibawa oleh arus udara mengarah ke atas yang sangat kuat. Awan Cb yang berada pada tingkat yang rendah hanya berisi butiran air, sementara pada elevasi yang lebih tinggi dan suhu berada jauh di bawah 0 derajat Celsius, kristal es mendominasi.

Awan Cb bisa terbentuk sendiri, bisa juga secara berkelompok. Di jantung awan ini terdapat petir, yang bisa berkembang menjadi awan hujan, supersel atau badai petir, bahkan dapat menyebabkan tornado.

Ada tiga tahap pembentukan awan Cb, yakni developing stage (perkembangan), mature stage (matang), dan dissipation stage (pelesapan). Tergantung dari kondisi yang ada, tiga tahapan ini bisa berlangsung selama 30 menit.

Saat berkembang, awan raksasa ini bisa menembus tiga lapis tingkatan awan (tingkat tinggi, tingkat menengah, dan tingkat rendah). Bahkan awan Cb terkecil bisa membuat kerdil awan-awan lainnya.

Awan Cb mudah dikenali dari penampilannya yang memang beda dari yang lain, umumnya dengan dasar awan landai, 'tiang' awan menjulang dan puncak yang berbentuk seperti landasan atau alas untuk menempa logam.

Awan ini sangat berbahaya bagi penerbangan karena beberapa hal. Yang pertama adalah proses vertical draft atau gerakan vertikal udara yang terjadi dalam awan. Gerakan vertikal ini dapat naik (updraft) atau turun (downdraft), dan proses ini sebenarnya lazim terjadi dalam awan.

Bumping yang terjadi pada saat pesawat yang kita tumpangi masuk ke dalam awan juga disebabkan oleh vertical draft. Pada awan Cb, proses ini jauh lebih kuat, dan turbulensi yang dihasilkannya dapat menghempaskan pesawat yang terjebak di dalamnya.

Faktor lain yang membahayakan adalah partikel es awan Cb yang dapat membekukan bagian-bagian pesawat, termasuk mesin. Dan karena partikel-partikel es ini juga, awan Cb adalah salah satu jenis awan yang paling sering menghasilkan petir yang dapat mengacaukan sistem kelistrikan dan navigasi pesawat. [Inilah]





Share this article :

0 komentar:

Jurnalsulteng.com on Facebook

 
Developed by : Darmanto.com
Copyright © 2016. JURNAL SULTENG - Tristar Mediatama - All Rights Reserved
Template by Creating Website
Proudly powered by Blogger