>
Headlines News :
Home » , » Tak Peduli Pertamina, Menteri ESDM Dinilai Bermuka Neolib

Tak Peduli Pertamina, Menteri ESDM Dinilai Bermuka Neolib

Written By Unknown on Senin, 10 November 2014 | 23.12.00

Jakarta, Jurnalsulteng.com- Menteri ESDM Sudirman Said menyatakan bahwa 20 kontrak migas yang habis dalam masa 5 tahun mendatang tidak harus diberikan dan dikelola oleh Pertamina.

Sekretaris Jenderal Himpunan Masyarakat Untuk Kemanusiaan dan Keadilan (HUMANIKA), Sya'roni menilai, dengan pernyataan tersebut Menteri ESDM menunjukkan dirinya sebagai penganut ekonomi neolib, tidak berpihak kepada kepentingan nasional dan sekaligus meragukan kemampuan anak bangsa dalam  mengelola kekayaan alam Indonesia.

"Sangat disayangkan, menteri yang mengurusi migas tidak bangga kepada perusahaan nasional. Bagaimana mungkin Pertamina bisa menjelma menjadi perusahaan minyak kelas dunia seperti Petronas, Shell, Chevron, Exxon dan lain-lain jika tidak ada keperpihakan dari pemerintah," kata dia yang dilansir Rakyat Merdeka Online, Senin, (10/11/2014).

(Baca Juga: Pernyataan Menteri ESDM Menunjukkan Mental Makelar )

Menurut dia, sebagai menteri, Sudirman Said mestinya memberikan prioritas utama kepada Pertamina untuk mengelola 20 ladang migas tersebut. Jika Pertamina menyatakan ketidakmampuannya, barulah diberikan kepada pihak lain.

"Di belahan bumi mana pun, pemerintahan suatu negara pasti mendukung dan melindungi perusahaan migasnya. Lihat saja Freeport, sedikit saja Freeport mengalami gangguan, maka menteri luar negeri Amerika Serikat langsung bertamu ke Istana Negara," paparnya.

Sudirman Said, lanjut Sya'roni, mestinya mendukung secara penuh Pertamina. Kalau memang Sudirman Said cenderung mengecilkan dan memandang rendah kemampuan Pertamina, maka Jokowi harus segera menggantinya dengan figur yang lebih pro kepada kepentingan nasional.

"Bagaimana pun juga, Pertamina merupakan simbol kebanggaan Indonesia di bidang migas. Sebagaimana Petronas menjadi kebanggaan rakyat Malaysia. Jika Malaysia mampu menjadikan Petronas sebagai perusahaan minyak kelas dunia, maka Indonesia pun seharusnya lebih bisa," demikian Sya'roni.

Diketahui, dalam 5 tahun ke depan ada sekitar 20 kontrak blok migas yang akan habis. Menteri Sudirman Said menegaskan tidak harus setiap blok migas yang habis diberikan dan dikelola oleh Pertamina. Diantara kontrak blok migas yang akan berakhir adalah Blok Mahakam.

"Terbaik bukan berarti harus diberikan semua kepada Pertamina, tapi soal value added bagaimana? Sebagai contoh kita harus memikirkan memikirkan risk dan capability perusahaan-perusahaan nasional, tidak hanya Pertamina. Kita harus memikirkan Indonesia incorporated, semua perusahaan nasional harus diberi ruang yang baik untuk tumbuh bersama-sama demi kepentingan nasional," papar Sudirman di kantor pusat Pertamina, Jakarta (Rabu, 5/11/2014). [Rmol] 

Share this article :

0 komentar:

Jurnalsulteng.com on Facebook

 
Developed by : Darmanto.com
Copyright © 2016. JURNAL SULTENG - Tristar Mediatama - All Rights Reserved
Template by Creating Website
Proudly powered by Blogger