Obama dan Bill Clinton |
Demikian disampaikan pengamat politik senior yang juga Gurubesar Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI), Prof. Budiatna saat dihubungi wartawan di Jakarta, Selasa (15/7/2014).
Menurutnya, bukan kali ini saja Amerika mengamati dari jauh soal perkembangan politik di Indonesia, sebab biar bagaimanapun mereka ingin ada presiden yang bisa kerja sama dengan negaranya.
"Bisa saja kehadirannya dalam rangka menyongsong presiden yang baru, karena pengumumannya tanggal 22 Juni. Dan diantara dua ini (Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK) perseteruannya hebat," kata Budiatna.
Lebih jauh Budiatna melihat kehadiran mantan orang nomor satu di negara Paman Sam tersebut pastinya untuk kepentingan yang mendasar. "Dan kebetulan Jokowi di luar negeri baik namanya, dan banyak yang memuji, mungkin diutus oleh Obama bisa aja. Dan namanya Prabowo kurang bagus apalagi soal HAM, ada pengaruhnya, itu bisa saja," ujarnya.
Budiatna memaparkan, di mata Amerika, Indonesia merupakan negara besar dengan kekayaan sumber daya alam yang sangat istimewa, sehingga pergantian presiden akan mempengaruhi roda perekonomian mereka.
"Indonesia itu jumlah penduduknya ada 250 juta dengan negara terbesar ke 4 soal penduduk, maka mau tidak mau Amerika berharap ada presiden yang bisa kerja sama, paling tidak hubunganya tidak jelek," terang dia.
Budiatna juga berpandangan selain menjadi suruhan Obama, sepertinya Amerika khawatir orang yang dijagokannya tidak menang.
"Hasil perhitungan cepat yang saling mengklaim benar, ini berpengaruh terhadap mereka. Bisa saja mereka ingin memastikan siapa yang akan jadi pemenang dan bisa diajak kerja sama," pungkasnya. [Rmol]
0 komentar:
Posting Komentar