>
Headlines News :
Home » » Terungkap, Polisi Pukul Wartawan di Makassar karena Perintah Atasan

Terungkap, Polisi Pukul Wartawan di Makassar karena Perintah Atasan

Written By Unknown on Jumat, 14 November 2014 | 08.07.00

Aksi brutal Polisi pada wartawan pada pengamanan demo menolak kenaikan harga BBM di Makassar. [Foto: FB]
Makassar, Jurnalsulteng.com- Aparat kepolisian bertindak brutal terhadap wartawan yang meliput demonstrasi massa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Wartawan Harian Rakyat Sulsel, Ikhsan Arham, salah satu yang menjadi korban kekerasan polisi dengan ditendang saat meliput unjuk rasa penolakan harga BBM di depan Kampus UNM Makassar, Jalan AP Pettarani, Kamis (13/11/2014). Meski menenteng kamera dan memakai tanda pengenal (id card), Ikhsan mengalami kekerasan oleh dua anggota polisi.

Wartawan lain adalah kameramen Metro TV, Vincensius Waldy. Dia dilaporkan menjadi korban penganiayaan oknum polisi. Bahkan, ia dilarikan ke Rumah Sakit Faisal guna mendapatkan perawatan intensif setelah mendapat hantaman keras tameng anggota Brimob Polda Sulselbar.

Dikutip dari JPNN, Waldy menceritakan setelah terjadi bentrokan antara mahasiswa dan polisi, terdengar informasi bahwa Wakapolrestabes Makassar, AKBP Totok Lisdiarto, terkena busur panah. Setalah itu, polisi menyisir kampus itu dan menangkapi satu per satu orang yang ada di dalam kampus.

Menurut Waldy saat itu dia bersama fotografer Koran Tempo Makassar, Iqbal Lubis, berada di belakang para anggota Brimob. Waktu itu rombongan Brimob hendak menangkap mahasiswa yang tengah kuliah dalam ruangan.

Saat memotret, tiba-tiba kamera yang ada di tangan Iqbal dirampas dan terjadi pemukulan.

"Saya lihat ada polisi lari ke arah mahasiswa yang sedang belajar. Makanya saya mau foto. Pas saya mau foto, kamera dirampas," kata Iqbal.

Saat Waldy hendak melerai pengeroyokan itu, ia justru mendapat hantaman tameng oknum polisi itu.

"Posisi saya memang terbuka. Mana tahu saya kalau akan dihantam pakai tameng. Saya langsung mencari pertolongan setelah darah mengalir," ungkapnya.

Selain itu, fotografer harian Rakyat Sulsel, Ikhsan Arham, juga dianiaya. Hampir bersamaan dengan penganiayaan Waldy, Ikhsan yang berada di gerbang kampus ditendang sejumlah polisi.

"Awalnya aman saja memotret, tiba-tiba kami didatangi dan ditendangi. Tiga kali saya ditendang," aku Ikhsan.

Masih dikutip dari JPNN, beberapa anggota kepolisian mengaku berani melakukan kekerasan terhadap wartawan karena perintah atasan.

Ada sekitar delapan anggota polisi yang memberikan kesaksian sama. Mereka mengaku terpaksa bertindak karena mendapat perintah pimpinan mereka.

"Maaf dinda. Kami hanya menjalankan tugas. Ini atas perintah atasan," ungkap  oknum polisi yang minta identitasnya dirahasiakan kepada Fajar Online (Grup JPNN.com), Kamis malam (13/11/2014).

Pengakuan yang disampaikan secara personal itu diamini beberapa anggota lain.

"Alasan lain juga karena adanya foto yang muncul di salah satu media. Dalam foto itu, tampak anggota polisi yang menyeret mahasiswa. Ini juga yang membuat kami diperintahkan represif pada wartawan," ungkap anggota Polrestabes Makassar itu. [Rmol]
Share this article :

0 komentar:

Jurnalsulteng.com on Facebook

 
Developed by : Darmanto.com
Copyright © 2016. JURNAL SULTENG - Tristar Mediatama - All Rights Reserved
Template by Creating Website
Proudly powered by Blogger