Ilustrasi by Sindonews |
"Jokowi harusnya belajar dari Prabowo. Ketika Prabowo diberitakan negatif oleh Metro TV justru meminta pendukung tetap tenang. Di sinilah tampak sosok kenegarawanan," ujar pengamat komunikasi politik dari UIN Sunan Kalijaga, Iswandi Syahputra yang dikutip dari Rakyat Merdeka Online, Sabtu (5/7/2014).
Dia mengkhawatirkan, dengan sikap seperti itu, rezim kepemimpinan Jokowi bisa lebih berbahaya dibanding Orde Baru dalam memberangus pers.
"Orba menggunakan tangan-tangan birokrasi dan militer. Bagaimanapun juga masih terkoordinir. Sedangkan ini kan massa liar, siapa yang bertanggung jawab," jelas Iswandi.
Menurut Iswandi, pernyataan gubernur DKI non aktif tersebut bukan sikap yang bijak. Sebaliknya, merupakan retorika yang fatal untuk sekelas capres.
"Kan bisa mengeluarkan pernyataan yang lebih elegan. Misalnya meminta massanya menahan diri atau meminta pengertian media untuk bersama menjaga kondisi. Ini malah Jokowi ngawur," katanya.
Diketahui, kantor TV One Biro Daerah Istimewa Yogyakarta disegel massa PDI Perjuangan. Selain menyegel, massa pendukung Jokowi juga melakukan aksi vandalisme mencoret-coret dinding dengan berbagai caci maki.
Selain melakukan aksi di Yogyakarta, massa PDIP lainnya juga menggelar unjuk rasa di Jakarta. Mereka menggeruduk dan mengepung kantor pusat TV One di kawasan Pulogadung, Jakarta Timur.
Menanggapi peristiwa itu, Jokowi justru membela relawannya. "Jangan sekali-sekali menyalahkan relawan. Salahkan yang memfitnah membuat suasana panas," kilahnya saat menggelar jumpa pers di Bandung, Jawa Barat pada Rabu (3/7/2014). (Rmol)
0 komentar:
Posting Komentar