Menyikapi hal ini, Bank Indonesia selaku otoritas moneter menyatakan, akan melakukan segala cara untuk memulihkan kondisi nilai tukar rupiah secara normal. Sampai saat ini, faktor global dinilai masih berperan besar dalam mempengaruhi terfluktuasinya rupiah.
"Kami akan lakukan semaksimal mungkin. Mungkin Anda harus melihatnya secara relatif. Dominasi masalah globalnya sangat kuat," kata Deputi Gubernur BI, Hendar, saat rapat kerja bersama Komite IV Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di gedung DPD, Jakarta Pusat, Senin (28/9/2015).
Hendar menuturkan, hingga rupiah sempat tembus Rp14.700, Bank Indonesia tetap melakukan invervensi di pasar valas domestik, serta melakukan upaya untuk mengurangi permintaan dolar AS yang semakin tinggi.
"Sekarang, permintaan (demand) masih cukup tinggi, sedangkan suplainya terbatas. Ini yang sedang kita hadapi," kata dia.
Dengan rencana pemerintah untuk mendorong kebijakan dalam bentuk DHE (dana hasil ekspor), hal ini diyakini mampu menekan eksportir untuk melepas dolarnya ke dalam negeri. Namun, Hendar enggan membeberkan berapa potensi yang diterima dengan adanya kebijakan tersebut.
"Ini (kebijakan) harus dikoordinasikan dengan pemerintah. Karena ini domain mereka. Potensinya, lihat saja ekspor kita ada seberapa besar," ujar Hendar.[***]
Sumber: Viva
0 komentar:
Posting Komentar