Ilustrasi |
"Sampai kapannya saya sendiri tidak tahu, setidaknya sepanjang semester pertama 2015. Ketidakjelasan kenaikan suku bunga the fed juga mempengaruhi. Tidak ada yang tahu kan kapan dinaikannya, bisa kuartal I-2015 bisa kuartal II, III bahkan IV," katanya di Jakarta, Sabtu (20/12/2014).
Ia juga menegaskan, tidak benar jika pejabat Pemerintahan mengatakan bahwa Rupiah ini yang penting stabilitasnya jangan dilihat levelnya.
"Bohong itu tidak benar. Padahal level saat ini level yang sangat memprihatinkan. Dengan level ini bukan saja dunia usaha yang dirugikan. Tapi pemerintah juga bermasalah," tegasnya.
Farial Anwar juga berpendapat bahwa kinerja Pemerintah saat ini tidak bisa dibandingkan dengan Pemerintahan yang sebelumnya. Pasalnya, krisis yang dihadapi saat ini sangat berbeda. Apalagi jika sampai ada lontaran yang menyalahkan krisis saat ini akibat Pemerintahan yang lalu.
"Salah jika menyalahkan pemerintahan yang lama. Tidak boleh seperti itu. Siapapun Pemerintahnya harus bisa menerima apapun kondisinya. Yang menaikan BBM siapa? Kan bukan Pemerintahan yang lama, tapi Pemerintaha yang sekarang," ujarnya yang dilansir dari Aktual.
Dirinya juga memperkirakan Rupiah bakal terus melemah sepanjang tahun 2015. Hal ini terkait ketidakjelasan rumor bahwa bank sentral AS (The Fed) akan menaikan suku bunganya.
Untuk diketahui, Menteri koordinator bidang perekonomian Sofyan Djalil menilai melemahnya nilai rupiah akibat residual kebijakan yang tidak dilakukan pada masa lalu.
"Ini sebenarnya residual dari kebijakan-kebijakan yang tidak dilakukan, atau akibat kebijakan masa lalu," ujar Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil di Kantor Wapres, Jakarta.[Akt]
0 komentar:
Posting Komentar