Jokowi |
"Mereka tidak dapat mewakili seluruh santri di Indonesia. Lagi pula, apa urgensinya," jelas Direktur The Indonesia Reform, Syahrul E. Dasopang yang dikutip dari Rakyat Merdeka Online, Kamis (3/7/2014).
Karena itu menurutnya, sebenarnya tim yang ada di belakang Jokowi yang punya gagasan menjadikan 1 Muharram sebagai hari santri. Karena Jokowi sendiri tidak mengerti apa itu santri, baik dalam perspektif kebudayaan Indonesia maupun dalam struktur politik Indonesia.
"Sayangnya Tim Jokowi itu lupa, bahwa trikotomi santri-abangan-priyayi sudah lama tidak relevan dalam alam sosial politik Indonesia mutakhir. Jadi, mereka hendak menggali kuburan Clifford Gertz, pencetus trikotomi itu," jelas alumnus pesantren Al Mashum, Sumatera Utara ini.
Tekad Jokowi menjadikan 1 Muharram sebagai hari santri bertujuan untuk menyogok moral warga Indonesia yang berlatar pesantren supaya mendukungnya pada Pilpres 2014 ini.
"Karena apa? Belakangan belang politik Jokowi dihiasi orang-orang yang pernah bermasalah terhadap umat Islam, seperti Hendropriyono. Bahkan figur-figur seperti Luhut Panjaitan, James Riady, terlihat jelas oleh umat Islam Indonesia berada sebagai background Jokowi," beber mantan Ketua Umum PB HMI ini.
Secara tak terduga, keberadaan tokoh-tokoh tersebut di belakang Jokowi memunculkan reaksi dari umat Islam Indonesia. Umat Islam Indonesia bangun dari tidur pulasnya. Lalu Tim Jokowi sangat ketakutan dengan bangunnya umat Islam tersebut.
"Satu-satunya cara mereka menghadapi reaksi umat Islam tersebut dengan menampilkan orang-orang seperti Anies Baswedan, Khofifah Indarparawansa, Nusron Wahid, dan sebagainya. Tujuannya untuk mengecoh dan memanipulasi persepsi umat Islam," ungkapnya.
"Tapi anak kecil juga tahu, itu hanya pendekatan palsu. Setelah kekuasaan mereka peroleh, nggak akan ada hari santri," demikian Syahrul.(Rmol)
0 komentar:
Posting Komentar