Doktor adalah gelar tertinggi dalam bidang akademik. Untuk meraihnya, seseorang harus terlebih dahulu menempuh jalur pendidikan formal pasca sarjana srata 3. Namun untuk bisa bisa menempuh pendidikan ini, dua pendidikan tinggi sebelumnya juga harus ditempuh. Strata 1 dan pasca sarjana srata 2.
Tentu saja butuh perjuangan yang tidak mudah. Selain pengorbanan, waktu dan tenaga, dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Maka hanya orang yang benar-benar memiliki daya juang tinggilah yang bisa melakukan itu.
Vera R. Mastura, membuktikan hal tersebut. Diusianya yang tidak lagi muda, dan statusnya sebagai seorang istri dan ibu dari lima anak, tidak menghalangi dirinya belajar di bangku perguruan tingggi hingga bergelar Doktor.
Pengukuhan gelar doktor itu, dilakukan setelah dia berhasil mempertahankan disertasinya di Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Kamis (12/12/2013), berjudul Kelembagaan Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Pesisir Pantai Kelurahan Lere dan Kelurahan Tipo Kecamatan Palu Barat Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah.
Tangis bahagia pun menghiasi wajahnya. Suami dan anak-anak yang setia mendampingi perjuangan itu, ikut bersuka cita menyaksikan perempuan tercintanya berhasil menyelesaikan pendidikan doktoral.
Sang suami, Rusdy Mastura, yang saat ini menjabat sebagai walikota Palu, merasa lega melihat sang istri bisa dikukuhkan sebagai doktor. Katanya, semoga prestasi akademik istrinya itu bisa menjadi contoh kelak bagi anak cucunya, tatkala dia sendiri tidak pernah bisa merampungkan pendidikan tingginya. “ Saya tidak bisa mengejar gelar akademik. Saya melihat istri memiliki semangat dan tekad yang kuat, makanya saya dorong. Saya bangga dengan perjuangannya itu,’’ tegas Cudy --panggilan akrab Rusdy Mastura, seusai pengukuhan gelar doktor sang istri.
Tahun 2000, adalah awal perjuangan Vera di bangku perguruan tinggi. Kala itu dia sudah berkepala tiga dan dianugerahi beberapa orang anak. Tapi semangatnya agar bisa mengenyam pendidikan tinggi sangatlah besar.
Vera lulus SMU Negeri 1 Luwuk tahun 1987. Dua belas tahun kemudian, Vera baru mendaftarkan diri di STIA Panca Marga Palu sebagai mahasiswa. Dia mengambil program pendidikan administrasi. Lebih dari empat tahun Vera menyelesaikan studinya. Berhasil mendapatkan gelar sarjana, rasa percaya dirinya tumbuh. Dia memotivasi para perempuan agar mau meningkatkan pendidikannya.
“Jadi perempuan kita memang harus pintar. Salah satunya dengan menempuh pendidikan tinggi,’’ tegasnya.
Selang beberapa tahun berikutnya, Vera kembali terusik melanjutkan pendidikannya ke jenjang pasca sarjana. Saat itu Universitas Tadulako (Untad) telah membuka program pasca sarjana S2. Sehingga dia pun tidak perlu pergi jauh meninggalkan kota Palu hanya untuk melanjutkann studi.
Tahun 2008, Vera terdaftar sebagai mahasiswa pasca sarjana Untad. Meskipun jenjang pendidikan ini lebih berat dilalui dari pada pendidikan sarjana, namun tekadnya sudah bulat. Dia harus bisa merampungkannya tepat waktu.
Padahal, di sela-sela perkuliahan ketika itu, Vera juga mulai terjun ke dalam dunia politik. Tahun 2009, Vera dilantik sebagai anggota DPRD Sulteng hingga masa jabatan 2014. ‘’Ini masa-masa sulit. Sebab saya harus bisa membagi waktu antara pekerjaan dan kuliah. Belum lagi tugas sebagai istri walikota yang menjabat posisi Ketua Tim Penggerak PKK dan beberapa posisi lainnya di berbagai organisasi harus saya emban,’’ jelasnya.
Berkat dukungan keluarga dan berbagai pihak, Vera juga menyelesaikan gelar masternya, dan langsung berpikir melanjutkan studi pada program, doctoral. Unpad Bandung, pada tahun 2010 membuka program pasca sarjana jarak jauh.
Bersama beberapa orang di Kota Palu, Vera mengikuti program ini. Ternyata meskipun namanya program jarak jauh, tetap juga mengharuskan dirinya datang ke Bandung mengikuti bimbingan dosen. Jadilah Vera bolak-balik Palu Bandung.
“ Masa ini yang paling saya rasakan sulit. Keluarga sampai benar-benar terbengkalai karena harus sering ke Bandung. Pekerjaan juga banyak ditinggalkan. Saya sampai patah semangat, dan bilang ke Bapak, kalau saya mau mundur saja.
Tapi Bapak tidak setuju karena saya sudah melewati separuh jalan. Bapak mendorong saya terus menerus agar menyelesaikan studi. Katanya, tidak apa-apa tinggal di
Bandung bila memang hanya jalan itu yang harus ditempuh,’’ ujar Vera mengenang perjuangannya.
Akhirnya, meskipun terseok, perempuan kelahiran Banggai 9 September 1968 ini berhasil juga dipromosikan sebagai calon Doktor. Dua jam lamanya dia berdiri di podium dan dicecar berbagai pertanyaan dari tim penguji yang terdiri atas Ketua Sidang promosi doctor Prof Dr H Mahfud Arifinn, Prof Dr Drs H Asep Kartiwa, SH, MS, Prof Drs Josy Adiwisastra, Dr Muzakir Tawil, Drs, MSi, sebagai promoter, tim ahli Prof Dr Drs H. Budiman Rusli, MS, Dr Dra Hj Sintaningrum, MT dan Dr H. Soni A. Nulhaqim, S.Sos, MS bersama representasi guru besar Prof Dr H Tachjan Drs MSi.
Dalam disertasinya itu, Vera Mastura menyoroti tentang efektifitas kelembagaan pemberdayaan masyarakat (KPM) Nelayan Kelurahan Lere dan Tipo di Kecamatan Palu Barat, Kota Palu.
Kepada Jurnal Sulteng, Vera tidak henti-hentinya mengucapkan rasa syukurnya. Katanya, perjuangan panjang yang penuh suka duka itu sudah berlalu. Meski sempat dilanda putus asa berkepanjangan, akhirnya dia dapat meraih gelar doktoralnya.
" Apa yang saya dapatkan ini merupakan perjuangan yang saya peruntukan bukan hanya untuk diri sendiri dan keluarga, tapi juga masyarakat kota Palu dan Sulawesi Tengah. Saya tidak bisa menyelesaikannya kalau bukan dukungan semua pihak," jelasnya.
Gelar Doktor, kata Vera lagi bukan semata-mata untuk sebuah prestisius tapi sebagai upaya peningkatan kualitas diri. Sebab, dia menyadari kalau pendidikan itu sangat penting dalam membuka cakrawala berpikir. Dia pun berjanji akan bekerja lebih keras dalam mewujudkan kesehjahteraan masyarakat Sulteng dengan ilmu yang dimilikinya.
" Gelar ini merupakan prestasi sekaligus beban buat saya sebagai amanah akademik yang harus saya jalankan," tandas Vera. ***(Advertorial)
Keterangan Foto (Atas-Bawah):
1. Vera R. Mastura didampingi suami tercinta H. Rusdi Mastura (Walikota Palu) usai menerima gelar Doktor foto bersama tim penguji Universitas Padjadjaran Bandung, Kamis (12/12/2013).
2. Vera R. Mastura.
3. Vera R. Mastura pada salah satu kesempatan memberikan arahan pada Tim Penggerak PKK Kota Palu.
4. Vera R. Mastura menerima PIN kehormatan dari Gubernur Sulteng. Drs. H. Longki Djanggola.
5. Vera R. Mastura saat memberikan bantuan pada warga pada satu kesempatan.
6. Vera R. Mastura tengah memberikan sambutan dalam salah satu kegiatan yang dihadiri warga Kota Palu.
7. Vera R. Mastura pada salah satu kegitan di Kota Palu.
Foto-foto: Humas Kota Palu
Editor: Sutrisno Saputro
Oleh: Ria MS
Tentu saja butuh perjuangan yang tidak mudah. Selain pengorbanan, waktu dan tenaga, dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Maka hanya orang yang benar-benar memiliki daya juang tinggilah yang bisa melakukan itu.
Vera R. Mastura, membuktikan hal tersebut. Diusianya yang tidak lagi muda, dan statusnya sebagai seorang istri dan ibu dari lima anak, tidak menghalangi dirinya belajar di bangku perguruan tingggi hingga bergelar Doktor.
Pengukuhan gelar doktor itu, dilakukan setelah dia berhasil mempertahankan disertasinya di Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Kamis (12/12/2013), berjudul Kelembagaan Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Pesisir Pantai Kelurahan Lere dan Kelurahan Tipo Kecamatan Palu Barat Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah.
Tangis bahagia pun menghiasi wajahnya. Suami dan anak-anak yang setia mendampingi perjuangan itu, ikut bersuka cita menyaksikan perempuan tercintanya berhasil menyelesaikan pendidikan doktoral.
Sang suami, Rusdy Mastura, yang saat ini menjabat sebagai walikota Palu, merasa lega melihat sang istri bisa dikukuhkan sebagai doktor. Katanya, semoga prestasi akademik istrinya itu bisa menjadi contoh kelak bagi anak cucunya, tatkala dia sendiri tidak pernah bisa merampungkan pendidikan tingginya. “ Saya tidak bisa mengejar gelar akademik. Saya melihat istri memiliki semangat dan tekad yang kuat, makanya saya dorong. Saya bangga dengan perjuangannya itu,’’ tegas Cudy --panggilan akrab Rusdy Mastura, seusai pengukuhan gelar doktor sang istri.
Tahun 2000, adalah awal perjuangan Vera di bangku perguruan tinggi. Kala itu dia sudah berkepala tiga dan dianugerahi beberapa orang anak. Tapi semangatnya agar bisa mengenyam pendidikan tinggi sangatlah besar.
Vera lulus SMU Negeri 1 Luwuk tahun 1987. Dua belas tahun kemudian, Vera baru mendaftarkan diri di STIA Panca Marga Palu sebagai mahasiswa. Dia mengambil program pendidikan administrasi. Lebih dari empat tahun Vera menyelesaikan studinya. Berhasil mendapatkan gelar sarjana, rasa percaya dirinya tumbuh. Dia memotivasi para perempuan agar mau meningkatkan pendidikannya.
“Jadi perempuan kita memang harus pintar. Salah satunya dengan menempuh pendidikan tinggi,’’ tegasnya.
Selang beberapa tahun berikutnya, Vera kembali terusik melanjutkan pendidikannya ke jenjang pasca sarjana. Saat itu Universitas Tadulako (Untad) telah membuka program pasca sarjana S2. Sehingga dia pun tidak perlu pergi jauh meninggalkan kota Palu hanya untuk melanjutkann studi.
Tahun 2008, Vera terdaftar sebagai mahasiswa pasca sarjana Untad. Meskipun jenjang pendidikan ini lebih berat dilalui dari pada pendidikan sarjana, namun tekadnya sudah bulat. Dia harus bisa merampungkannya tepat waktu.
Padahal, di sela-sela perkuliahan ketika itu, Vera juga mulai terjun ke dalam dunia politik. Tahun 2009, Vera dilantik sebagai anggota DPRD Sulteng hingga masa jabatan 2014. ‘’Ini masa-masa sulit. Sebab saya harus bisa membagi waktu antara pekerjaan dan kuliah. Belum lagi tugas sebagai istri walikota yang menjabat posisi Ketua Tim Penggerak PKK dan beberapa posisi lainnya di berbagai organisasi harus saya emban,’’ jelasnya.
Berkat dukungan keluarga dan berbagai pihak, Vera juga menyelesaikan gelar masternya, dan langsung berpikir melanjutkan studi pada program, doctoral. Unpad Bandung, pada tahun 2010 membuka program pasca sarjana jarak jauh.
Bersama beberapa orang di Kota Palu, Vera mengikuti program ini. Ternyata meskipun namanya program jarak jauh, tetap juga mengharuskan dirinya datang ke Bandung mengikuti bimbingan dosen. Jadilah Vera bolak-balik Palu Bandung.
“ Masa ini yang paling saya rasakan sulit. Keluarga sampai benar-benar terbengkalai karena harus sering ke Bandung. Pekerjaan juga banyak ditinggalkan. Saya sampai patah semangat, dan bilang ke Bapak, kalau saya mau mundur saja.
Tapi Bapak tidak setuju karena saya sudah melewati separuh jalan. Bapak mendorong saya terus menerus agar menyelesaikan studi. Katanya, tidak apa-apa tinggal di
Bandung bila memang hanya jalan itu yang harus ditempuh,’’ ujar Vera mengenang perjuangannya.
Akhirnya, meskipun terseok, perempuan kelahiran Banggai 9 September 1968 ini berhasil juga dipromosikan sebagai calon Doktor. Dua jam lamanya dia berdiri di podium dan dicecar berbagai pertanyaan dari tim penguji yang terdiri atas Ketua Sidang promosi doctor Prof Dr H Mahfud Arifinn, Prof Dr Drs H Asep Kartiwa, SH, MS, Prof Drs Josy Adiwisastra, Dr Muzakir Tawil, Drs, MSi, sebagai promoter, tim ahli Prof Dr Drs H. Budiman Rusli, MS, Dr Dra Hj Sintaningrum, MT dan Dr H. Soni A. Nulhaqim, S.Sos, MS bersama representasi guru besar Prof Dr H Tachjan Drs MSi.
Dalam disertasinya itu, Vera Mastura menyoroti tentang efektifitas kelembagaan pemberdayaan masyarakat (KPM) Nelayan Kelurahan Lere dan Tipo di Kecamatan Palu Barat, Kota Palu.
Kepada Jurnal Sulteng, Vera tidak henti-hentinya mengucapkan rasa syukurnya. Katanya, perjuangan panjang yang penuh suka duka itu sudah berlalu. Meski sempat dilanda putus asa berkepanjangan, akhirnya dia dapat meraih gelar doktoralnya.
" Apa yang saya dapatkan ini merupakan perjuangan yang saya peruntukan bukan hanya untuk diri sendiri dan keluarga, tapi juga masyarakat kota Palu dan Sulawesi Tengah. Saya tidak bisa menyelesaikannya kalau bukan dukungan semua pihak," jelasnya.
Gelar Doktor, kata Vera lagi bukan semata-mata untuk sebuah prestisius tapi sebagai upaya peningkatan kualitas diri. Sebab, dia menyadari kalau pendidikan itu sangat penting dalam membuka cakrawala berpikir. Dia pun berjanji akan bekerja lebih keras dalam mewujudkan kesehjahteraan masyarakat Sulteng dengan ilmu yang dimilikinya.
" Gelar ini merupakan prestasi sekaligus beban buat saya sebagai amanah akademik yang harus saya jalankan," tandas Vera. ***(Advertorial)
Keterangan Foto (Atas-Bawah):
1. Vera R. Mastura didampingi suami tercinta H. Rusdi Mastura (Walikota Palu) usai menerima gelar Doktor foto bersama tim penguji Universitas Padjadjaran Bandung, Kamis (12/12/2013).
2. Vera R. Mastura.
3. Vera R. Mastura pada salah satu kesempatan memberikan arahan pada Tim Penggerak PKK Kota Palu.
4. Vera R. Mastura menerima PIN kehormatan dari Gubernur Sulteng. Drs. H. Longki Djanggola.
5. Vera R. Mastura saat memberikan bantuan pada warga pada satu kesempatan.
6. Vera R. Mastura tengah memberikan sambutan dalam salah satu kegiatan yang dihadiri warga Kota Palu.
7. Vera R. Mastura pada salah satu kegitan di Kota Palu.
Foto-foto: Humas Kota Palu
Editor: Sutrisno Saputro
0 komentar:
Posting Komentar