>
Headlines News :
Home » , , , » Bandara Mutiara Jadi Penunjang Pertumbuhan Ekonomi dan Pariwisata

Bandara Mutiara Jadi Penunjang Pertumbuhan Ekonomi dan Pariwisata

Written By Unknown on Selasa, 26 November 2013 | 22.38.00



Palu, Jurnalsulteng.com- Dibangunnya terminal baru Bandara Mutiara Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, menjadi kebanggaan baru masyarakat daerah ini. Apalagi setelah ditetapkan sebagai bandara percontohan di lingkungan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Perhubungan Udara, tentu akan menjadi salah satu infrastruktur pendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan Pariwisata Sulawesi Tengah.

Sebagai langkah awal promosi, Selasa (26/11/2013) Bandara Mutiara Palu menjadi tuan rumah Seminar Nasional Bandara yang digelar di Convention Hall Swiss-bellhotel Silae Palu (SBSP). Dalam seminar tersebut dihadiri Dirjen Ekonomi Kreatif, Media Desain dan Iptek, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif  RI dan Kepala Otoritas Bandara V Makassar Basuki Mardianto. Selain itu, seminar yang mengambil tema Bandara Mempercepat Pertumbuhan Pariwisata & Ekonomi Indonesia ini juga dihadiri para pimpinan bandara dari berbagai daerah, bupati se-Sulteng dan para stakeholders.

“Seminar ini diadakan dengan tujuan agar para regulator, operator dan stakeholders bandara di Indonesia dapat bertemu, memperluas jaringan dan saling bertukar informasi serta berbagi pengalaman tentang perkembangan terakhir industri kebandar-udaraan termasuk penerapan konsep Airport City,” terang  Kepala Bandara Mutiara Palu, Herson, SH disela-sela seminar.

Pada seminar kali ini, juga dipaparkan pengembangan dan pembangunan bandara Mutiara yang saat ini tengah berlangsung. Pembangunan bandara Mutiara saat ini sudah mengacu pada konsep  Airport City.  “Dengan konsep Airport City, tentu akan menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi mereka yang ingin membuka usaha di bandara Mutiara,” ujar Herson sembari mengatakan, konsep Airport City  sudah berlaku di bandara-bandara international di Indonesia.



Dengan menggunakan konsep  Airport City  secara otomatis bandara Mutiara akan menjadi salah satu infrastruktur pendukung peningkatan ekonomi, baik ekonomi daerah maupun ekonomi nasional. “Karena bandara merupakan salah satu penunjang peningkatan perekonomian suatu daerah, maka bandara Mutiara juga harus memiliki ruangan-ruangan yang nyaman bagi investor  yang ingin transit di daerah ini melalui bandara Mutiara. Karena itu, saat ini kami terus memacu pembangunan terminal baru, yang kami targetkan dapat diresmikan pada awal 2014 mendatang,” papar Herson.

Tiga Tahap & Optimalisasi Layanan

Pembangunan terminal baru bandara Mutiara dibagi mejadi tiga tahap yang dimulai sejak 2011 lalu dengan anggran sekira Rp140-an miliar melalui dana APBN. Saat ini pembanguna terminal bandara Mutiara sudah memasuki tahap akhir dan akan diresmikan pada 2014 mendatang.

Meskipun terminal baru dalam tahap penyelesaian, pengelola bandara Mutiara tetap memberikan layanan optimal pada pengguna jasa bandara.  “Kesibukan pembangunan terminal baru tidak mengurangi kualitas pelayanan kami pada para penumpang,” ujar Herson.

Masyarakat Sulteng sudah tidak sabar menunggu diopersikannya terminal baru tersebut. Karena itu, direncanakan akhir tahun ini secara bertahap operasional bandara Mutiara akan menggunakan terminal baru.

Selanjutnya kata Herson, penggunaan ruang VIP dari gedung lama ke gedung baru akan ditempatkan pada pintu satu (Gate 1). “Ini akan kami lakukan guna kelancaran tamu-tamu VIP, sehingga pelayan tetap optimal dan tidak menganggu operasional,” jelas Herson.


Konsep Moderen
Desain terminal baru bandara Mutiara sesuai dengan namanya berbentuk Tiram/Kerang penghasil batu mutiara, namun tetap  mengikuti arsitektur modern, konstruksinya dua lantai. Model atapnya melengkung dengan mengusung konsep bangunan modern dan tradisional. Falsafah gedung ini diambil dari model kerang laut mutiara, seperti namanya bandara Mutiara.

Sebagian bahan bangunan terminal terbuat dari bahan kedap suara dan dapat meredam getaran, sehingga penumpang tetap nyaman dan tidak terganggu suara bising pesawat.
Beberapa bagian dindingnya menggunakan kaca sehingga lebih hemat energi dan tampak terang benderang sepanjang hari. Dengan demikian, dapat menghemat energi listrik sehingga tidak perlu menyalakan lampu listrik pada siang hari.

Bangunan baru ini juga dirancang dengan berbagai fungsi yang tepat untuk memudahkan pengguna bersirkulasi di dalamnya, serta penerapan sistem keamanan yang dapat memisahkan tiap fungsi berdasar pengguna dan tingkat keamanan yang dibutuhkan. Selain itu juga dirancang bagaimana bangunan ini kelak dapat dikembangkan untuk mengakomodasi peningkatan kebutuhan di masa depan.

Gedung Terminal baru ini juga dapat menampung kegiatan utama dalam terminal penumpang bandara Mutiara yakni proses keberangkatan, kedatangan, dan operasional. Ketiga utama ini  ditampung dalam bangunan dengan menggunakan sistem satu jalan dua lantai, dimana pemrosesan dilakukan pada lantai dasar sementara proses kedatangan dan keberangkatan melalui lantai dua.

Bangunan yang mewadahi ketiga fungsi utama ini dirancang dengan sistem modular yang menggunakan struktur bentang lebar dengan tujuan untuk memudahkan proses pengembangan di masa depan untuk mengakomodasi terjadinya peningkatan arus transportasi udara.

Mengambil konsep utama pergerakan, bentuk atap serta pola sirkulasi di dalam gedung sehingga benar-benar merepresentasikan konsep utama, serta dapat menjadikan bangunan ini tidak hanya fungsional namun tetap estetis dari segi arsitektur dan memberikan kontribusi positif  sebagai ikon Kota Palu dan menjadi pintu gerbang Provinsi Sulawesi Tengah.

Sejarah Singkat Bandara Mutiara

Bandara Mutiara Palu yang terletak pada ketinggian 86 meter atau 282 kaki dari permukaan laut (DPL) memiliki satu landasan pacu berukuran 2067x45 M (6781x148 kaki).

Bandara yang awalnya bernama Masovu ini diganti menjadi Mutiara pada saat Presiden RI pertama Ir Soekarno berkunjung ke Palu pada 10 Oktober 1957.  Saat itu Presiden Soekarno merasa prihatin dengan dengan kondisi bandara dan mananyakan nama bandara pada Bupati yang saat itu dijabat oleh Rajawali Pusadan.

Saat mendengar nama Masovu yang artinya Tanah Berdebu, Presiden Soekarno langsung  mengganti nama Masovu menjadi Mutiara. Karena menurrut Soekarno saat itu, Kota Palu memiliki keindahan tersendiri saat dilihatnya dari udara sebelum mendarat dan merupakan salah satu rangkaian kota khatulistiwa.*** (Advertorial)


Keterangan Foto:
1. Para nara sumber usai menerima cendera mata dari majalah Bandara sebagi salah satu pendukung seminar.
2. Peserta seminar serius mengikuti pemaparan narasumber.
3. sebagian peserta pose bersama usai seminar.
4. Desain terminal baru bandara Mutiara Palu yang saat ini dalam tahap pembangunan dan rencananya akan dioperasikan pada kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Palu dalam rangka puncak acara Hari Nusantara, 13 Desember 2013 mendatang.

Naskah    : Sutrisno Saputro
Foto-Foto: Antho



Share this article :

0 komentar:

Jurnalsulteng.com on Facebook

 
Developed by : Darmanto.com
Copyright © 2016. JURNAL SULTENG - Tristar Mediatama - All Rights Reserved
Template by Creating Website
Proudly powered by Blogger