Jakarta, Jurnalsulteng.com - Meski kepolisian sudah memutus jalur logistik teroris Mujahidin Indonesia Timur di Poso, Sulawesi Tengah, kelompok sipil bersenjata tersebut masih dapat bertahan. Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar berkata, lembaganya menduga kelompok pimpinan Santoso itu masih memiliki sumber logistik lain.
"Mereka mencari jalur logistik melalui jalur-jalur lain. Desa-desa lain," kata Boy di Markas Besar Polri, Jakarta, Senin (6/6/2016).
Tanpa merinci, Boy mengatakan ada banyak jalur menuju Tamanjeka dan Gunung Biru, tempat anggota kelompok itu bersembunyi. "Bisa dari kampung-kampung lain, atau jalan-jalan yang belum tersentuh petugas," ujarnya.
Boy menuturkan, operasi Tinombala untuk mengejar kelompok pimpinan Santoso terus berjalan meski sudah memasuki Ramadan. Menurutnya, menjamin keberlangsungan ibadah puasa adalah salah satu tujuan operasi yang dimulai pada awal 2016 ini.
Operasi Tinombala adalah kelanjutan dari Operasi Camar Maleo yang gagal menangkap Santoso, sepanjang 2015 lalu. "Operasi itu menangkap dan meniadakan gangguan berkaitan dengan teror. Makanya dilakukan operasi," kata Boy.
Santoso yang diyakini bertanggunjawab atas serangkaian teror satu dekade belakangan juga disebut polisi sudah berafiliasi kepada ISIS atau Negara Islam Irak dan Suriah.
Salah satu bukti keterkaitannya adalah video ancaman Santoso yang ditujukan ke istana negara dengan latar belakang bendera hitam khas ISIS.
Video itu diunggah melalui akun Facebook bernama Bahrun Naim Anggih Tamtomo, akhir 2015 lalu. Bahrun diyakini Polri berada di Suriah, menjadi petinggi ISIS yang mengotaki serangan teror di Thamrin, Januari kemarin.(***)
Source; CNNIndonesia
0 komentar:
Posting Komentar