DPD PDI Perjuangan Sulawesi Tengah melakukan verifikasi bakal calon bupati dan bakal calon wakil bupati Buol, Minggu (13/3/2016). (Foto;Facebook/Rusmin Hamzah) |
Palu, Jurnalsulteng.com- Gonjang-ganjing Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Buol yang akan digelar pada Februari 2017 nampaknya mulai memanas.
Bahkan beberapa nama telah mengikrarkan diri akan ambil bagian dan ikut berkompetisi dalam hajatan politik tersebut. Kondisi ini semakin menaikkan tensi politik di kabupaten BERKAH itu, karena dari sekian nama tersebut, dua petahana yang saat ini lagi menjalankan roda pemerintahan akan menjadi rival.
Hal ini terlihat ketika PDI-P Sulteng membuka bursa bakal calon Bupati, sontak tujuh nama mendaftarkan diri kepada tim verifikasi dan wawancara PDI-P Sulteng yang diketuai oleh Lucky Semen. Dihadapan tim para kandidat ini menyatakn sikap bersedia menggunakan lokomotif partai besutan Megawati Soekarno Putri ini.
Anggota tim verifikasi dan wawancara PDI-P Sulteng untuk Pilkada Buol, Rusmin Hamzah, SH.MH yang dikonfirmasi membenarkan hal tersebut.
Menurutnya, saat ini sudah tujuh kandidat yang mendaftar yakni Dr amiruddin Rauf, DR Syamsudin Koloi MS, Mohtar Y Samad SE, H Efendi Nontji, Tracy Oktaviana Mbou, Rusly Arif Umar serta Bayu Alexander Montang, SH. "Usai nama-nama ini diverifikasi dan wawancara, selanjutnya diserahkan ke DPP PDI-Perjuangan. Yang jelas batas waktu pendaftaran dibuka hingga tanggal 16 Maret dan di tutup pada 20 Maret 2017," katanya.
Meski demikian, tambah pengacara kondang ini, ada beberapa kriteria yang akan menjadi standar bagi para kandidat yang harus dipenuhi seperti, visi misi, hasil survey kandidat dari lembaga yang kredibel, koalisi parpol yang dibangun kandidat serta dukungan riil baik itu dari Organisasi masyarakat (Ormas), , tokoh masyarakat maupun tokoh agama.
"Jika kriteria ini telah dipenuhi, baru kemudian DPP akan mengeluarkan rekomendasi," pungkasnya.
Ditempat terpisah salah seorang tokoh pemuda Buol yang berdomisili di Palu Ismail, menilai Pilkada Buol diprediksi akan berlangsung alot.
Persoalannya, dari sekian kandidat yang akan bertarung rata-rata memiliki elektabilitas dan popularitas di masyarakat. Tinggal bagaimana mereka membangun konsolidasi dan meyakinkan akar rumput selaku pemegang hak konstitusi. Karena disadari masyarakat Buol merupakan pemilih cerdas dan rasional, sehingga tidak akan mungkin memilih pemimpin yang diyakini tidak bisa mewujudkan keinginan dan harapan masyarakat.
"Intinya sebagai warga kami menginginkan sosok pemimpin kedepan memiliki jiwa seance of crisis terhadap masyarakat. Bukan yang hanya memikirkan kelompok atau kroni-kroninya saja," tandas Ismail.(***)
Penulis; Agus M
Editor; Sutrisno
0 komentar:
Posting Komentar