Kampanye Ala Dasi Ungu; Hidayat-Pasha Ungu
Pasangan calon walikota dan wakil walikota Hidayat-Sigit (Dasi Ungu) dengan salah satu tokoh adat.[Foto: Facebook] |
Kampanye dimulakan dengan metode tatap muka. Tujuannya tidak lain untuk proses sosialisasi Visi dan Misi Dasi Ungu. Usai menyisir seluruh potensi dan kekuatan warga kota kaledo, pada pekan keempat September tim melancarkan kampanye dialogis dengan sumber-sumber kekuatan masyarakat. Khususnya Tokoh Adat yang sangat diketahui adalah pendukung fanatik Hidayat MSi. Dayat, sapaan akrab Hidayat MSi, calon Walikota Palu banyak didorong Tokoh Adat, Tokoh Agama dan Tokoh Pemuda untuk menggantikan Rusdi Mastura. Alasannya sederhana, menurut para tokoh itu. ''Dayat memiliki karakter hampir sama dengan Cudi. Palu limatahun depan masih butuh figur begitu. Yang cocok hanya Hidayat,'' ujar Tokoh Adat Kaili Tara kala kampanye dialogis di wilayah Talise medio September lalu.
Sosialisasi Visi dan misi serta dialogis terus dievaluasi. Termasuk apa yang diharapkan publik kota. Umumnya, publik kota mengharpkan soal kebersihan kota, pemenuhan transportasi publik yang nyaman, teratur dan dapat diakses dengan sistem pul (terminal yang baik), pendidikan murah (bukan gratis), penguatan kelembagaan adat, penguatan kelembagaan karang taruna, taman pengajian setiap keluarahan, puskesmas sebagai pelayanan kesehatan awal mula, dan keamanan berusaha di malam hari.
Serapan aspirasi selama kampanye (sosialisasi dan dialogis) membuat Hidayat - SPS selalu berdiskusi berdua. pernah satu waktu keduanya memilih pantai Talise duduk berdua hingga azan subuh baru beranjak pulang. ''Kak Dayat selalu mengevaluasi dan menangkap dengan jelas denyut nadi permintaan warga. Kak Dayat selalu nasehati saya, Sigit sudah dengar tuntutan rakyat itu tadi? Itu amanah dek, bila nanti Allah mengizinkan kita. Dan jangan lupa itu,'' ujar Pasha Ungu pada tim suatu kesempatan.
Dasi Ungu dalam setiap kesempatan menggelar kampanye dengan sederhana. Bahkan harus menunda kampanye bila tiba-tiba warga Palu ada yang kedukaan. ''Tunda kampanye bila ada undangan kedukaan. Itu fardhu kifayah. Harus didahulukan,'' tegas Hidayat pada tim Dasi Ungu. Lantas apa dibalik kegiatan kampanye yang notabene selalu dihadiri Pasha ? Pasti warga beramai-ramai ingin berjabat tangan dan berfoto ria dengan artis. Itu lumrah dimana-mana. Tidak jarang, tim Dasi Ungu kelabakan dengan kosumsi. Bahkan beberapa kali warga rela 'gotong royong' dan patungan membeli air mineral untuk kebutuhan kampanye.
Dengan kondisi demikian, tak jarang Tim Dasi Ungu mendapat kisah yang tak dapat dilupakan. Sebuah kampanye yang kita pahami bersama bahwa arena politik yang serba 'politik kapital' ternyata masih banyak warga Palu yang mempertahankan budaya-budaya gotong royong, kekeluargaan, dan kebersamaan. ''Kami rindu pemimpin yang merakyat. Lihat saja itu Hidayat datang hanya pakai sandal dan baju batik lengan pendek. Kesederhanaannya sangat menyentuh kami warga Palu. Dia sederhana tapi cerdas, dan mampu menangkap suasana kebatinan kami. Dia ingin membangun dengan tidak melupakan budaya bangsa. Kekuatannya itulah yang membangunkan kami,'' ujar Bakhtiar tokoh Pemuda Tawaeli.
Hidayat berpesan, agar warga Palu menyuarakan hak politiknya dengan baik di tanggal 9 Desember nanti. ''Jangan Golput. Gunakan hak pilih dengan baik karena lima tahun ke depan Kota Palu ada di tangan warga Palu sendiri. Bila ada oknum meminta menukar hak pilihnya dengan uang, beras dan lainnya katakan saja dan tolak dengan santun. Bila perlu laporkan agar Pilkada ini konstitusional,'' pesannya dalam setiap kesempatan berkampanye.[***]
Penulis: Andono Wibisono (Tim Media Komunikasi Dasi Ungu)
0 komentar:
Posting Komentar