Ilustrasi |
Sebut saja Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Sulewana Kabupaten Poso.
Kemana arah pasokan PLTA tersebut, mengingat PLTA Sulewana pada turbin pertama telah beroperasi sejak 2011 silam. "Namun pasokannya belum dirasakan publik di Sulteng khususnya Kota Palu sebagai ibukota provinsi," ujar Ketua KPW Partai Rakyat Demokratik (PRD) Sulteng, Adi Prianto, Sabtu (21/2/2015)
Aktivis yang akrab disapa Ton ini juga mengatakan, Sulteng seakan menjadi perahan elit-elit penguasa yang menginginkan agar SDA di Sulteng menjadi pemasok utama untuk daerah lain.
Sementara masyarakat dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulteng hanya dijadikan sebagai penonton.
“Kita termarginalkan oleh konglomerat-konglomerat kolonial gaya modern. Buktinya, daerah kita masuk investasi PLTA, tapi tidak dipasok untuk masyarakat kita,” imbuhnya.
Sangat aneh lanjut Ton, perusahaan berskala besar masuk dan berinvestasi ke satu daerah tidak mau memberikan dampak paisitif sosial dan kesjahteraan masyarakatnya.
Cara-cara seperti ini kata Ton, mengadopsi cara penjajahan kolonial Belanda yang berorientasi gaya kapitalisme dan mengambil keuntungan tanpa memikirkan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat daerah itu sendiri.
“Gaya seperti ini tidak bisa didiamkan begitu saja, mestinya ada langkah-langkah tegas yang harus diambil Pemerintah Daerah,” serunya.
Ia menambahkan, Pemprov tak bisa berbuat apa-apa guna membangun Sulteng bila tidak ditunjang fasilitas penerangan dan infrastruktur yang memadai. Lebih jauh Ton mengatakan, bagaimana bisa Pemprov mejadikan kota Palu sebagai Kota Industri Palu (KIP) jika fasilitas pasokan listrik terbatas.
“Kemana pasokan PLTA Poso? Mengapa harus mengutamakan penerangan ke daerah lain, sementara daerah kita sangat membutuhkan itu. Pemprov harus bersikap tegas terhadap pihak PT Poso Energy,” tegasnya.
Ton mengatakan, Pemprov harus mengetahui seberapa banyak jumlah pelanggan listrik yang ada di Sulteng. Yang jelas grafiknya akan terus meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang. Ekspansi Kalla Grup di Indonesia Timur khususnya di Sulawesi katanya tak memberikan keuntungan signifikan bagi daerah ini.
“Sekarang masyarakat akan menunggu info mengenai perusahaan tersebut, apakah investasinya atas kebijakan pemerintah pusat atau Pemprov kala itu,” aku Ton serius.
Dikatakannya, jika masyarakat Indonesia Timur khususnya di Sulteng mengenal Sultan Hasanuddin sebagai tokoh pahlawan nasional dengan julukan ‘ayam jantan dari timur’, maka julukan yang sama bisa juga disematkan pada PT Poso Energy dengan penggalan kata yang beda ‘Kapitalis dari timur’.
Sementara itu, Gubernur Sulteng, Longki Djanggola, yang dikonfirmasi via Short Messenger Service (SMS) terkait dorongan masyarakat Sulteng agar pasokan listrik PLTA Sulewana dapat dinikmati masyarakat Sulteng, namun SMS tak ditanggapinya. Diketahui PLTA Sulewana diprediksi mampu menghasilkan listrik hingga 1000 megawatt.[Bob]
0 komentar:
Posting Komentar