Jakarta, Jurnalsulteng.com- Badan Pusat Statistik (BPS) akan melangsungkan sensus ekonomi kepada sejumlah pelaku usaha dan rumah tangga pada Mei 2016. Selain untuk melihat peluang usaha, sensus juga menjadi upaya BPS untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), akhir tahun ini.
Untuk Sensus Ekonomi ini, BPS menyatakan akan merekrut setidaknya 400 ribu petugas tambahan.
Kepala BPS, Suryamin, menuturkan petugas tambahan ini ditugaskan untuk mendata puluhan responden dari kalangan pelaku usaha maupun usaha rumah tangga.
"Jadi, nanti kami akan coba rekrut sekitar 400 ribu orang pegawai tambahan. Personil kami tidak mampu. Kami butuh tambahan," kata dia, saat ditemui dikantornya, Jakarta Pusat, Senin 14 September 2015.
Dia menjelaskan, survei tahun ini memang terbilang kompleks dibandingkan survei yang dilakukan sebelumnya. Sebab, dengan 19 sektor yang tercakup, dibutuhkan tenaga kerja yang mumpuni untuk mendata responden dengan rinci.
Karena itu, Suryamin berharap, petugas tambahan ini mampu membantu melancarkan Sensus Ekonomi yang diselenggarakan mulai tahun depan. Nantinya, petugas tambahan ini akan menerima gaji yang berkisar di antara Rp2,3 juta sampai dengan Rp3 juta.
"Honor pendata sebulan itu Rp2,3 juta hingga Rp3 juta. Jam kerja nanti akan disesuaikan dengan perusahaan. Syarat pendidikan terakhir itu tingkat SLTA," kata dia.
Gelontorkan Rp3,4 Triliun
Suryamin mengungkapkan, survei untuk tahun depan terbilang lebih kompleks dibandingkan survei yang sebelumnya telah dilakukan. Salah satu indikator penyebabnya, yakni responden yang bervariasi.
"Sensus tahun depan itu agak kompleks. Menurut BPS, sektor ekonomi respondis ini adalah para pengusaha dan pebisnis. Maka, yang kami rasakan cukup sulit untuk ditetapkan secara cepat dan baik. Ada juga untuk usaha rumah tangga. Ada kesulitan secara persuasif," ujar Suryamin, di kantornya, Jakarta Pusat.
Suryamin menuturkan, sensus ekonomi 2016 ini akan meninjau semua data ekonomi dalam skala besar. Oleh karena itu, dia mengaku, pemerintah telah menyodorkan anggaran yang telah dirancang dalam rancangan anggaran pendapatan belanja negara (RAPBN) 2016 mencapai Rp3,4 triliun.
"Direncanakan dari anggaran tahun 2016 sebesar Rp3,4 triliun. Tapi, ada kemungkinan dipotong anggarannya," kata Suryamin.
Besaran anggaran ini, menurut dia, masih dalam batas wajar, mengingat cakupan dari sensus ekonomi ini mencapai 17 sektor yang telah dibagi secara teknis. Salah satunya, yakni sektor perdagangan, sektor jasa, dan sektor industri.
"Memang sangat besar. Mengingat skala dan usaha yang akan disurvei. Mulai dari kelontong sampai usaha warteg. Omzet, pendapatan, tenaga kerja, gaji pegawai, sampai bayar pajak semua akan kami hitung," ungkap dia.
Sekadar informasi, sensus ekonomi 2016 yang dilakukan BPS ini merupakan kegiatan rutin setiap 10 tahun. Sensus ini merupakan yang keempat dari yang sebelumnya telah dilakukan pada tahun yang berakhir di angka enam. Yakni, tahun 1986, tahun 1996, dan terakhir tahun 2006. [***]
Sumber; Viva
Untuk Sensus Ekonomi ini, BPS menyatakan akan merekrut setidaknya 400 ribu petugas tambahan.
Kepala BPS, Suryamin, menuturkan petugas tambahan ini ditugaskan untuk mendata puluhan responden dari kalangan pelaku usaha maupun usaha rumah tangga.
"Jadi, nanti kami akan coba rekrut sekitar 400 ribu orang pegawai tambahan. Personil kami tidak mampu. Kami butuh tambahan," kata dia, saat ditemui dikantornya, Jakarta Pusat, Senin 14 September 2015.
Dia menjelaskan, survei tahun ini memang terbilang kompleks dibandingkan survei yang dilakukan sebelumnya. Sebab, dengan 19 sektor yang tercakup, dibutuhkan tenaga kerja yang mumpuni untuk mendata responden dengan rinci.
Karena itu, Suryamin berharap, petugas tambahan ini mampu membantu melancarkan Sensus Ekonomi yang diselenggarakan mulai tahun depan. Nantinya, petugas tambahan ini akan menerima gaji yang berkisar di antara Rp2,3 juta sampai dengan Rp3 juta.
"Honor pendata sebulan itu Rp2,3 juta hingga Rp3 juta. Jam kerja nanti akan disesuaikan dengan perusahaan. Syarat pendidikan terakhir itu tingkat SLTA," kata dia.
Gelontorkan Rp3,4 Triliun
Suryamin mengungkapkan, survei untuk tahun depan terbilang lebih kompleks dibandingkan survei yang sebelumnya telah dilakukan. Salah satu indikator penyebabnya, yakni responden yang bervariasi.
"Sensus tahun depan itu agak kompleks. Menurut BPS, sektor ekonomi respondis ini adalah para pengusaha dan pebisnis. Maka, yang kami rasakan cukup sulit untuk ditetapkan secara cepat dan baik. Ada juga untuk usaha rumah tangga. Ada kesulitan secara persuasif," ujar Suryamin, di kantornya, Jakarta Pusat.
Suryamin menuturkan, sensus ekonomi 2016 ini akan meninjau semua data ekonomi dalam skala besar. Oleh karena itu, dia mengaku, pemerintah telah menyodorkan anggaran yang telah dirancang dalam rancangan anggaran pendapatan belanja negara (RAPBN) 2016 mencapai Rp3,4 triliun.
"Direncanakan dari anggaran tahun 2016 sebesar Rp3,4 triliun. Tapi, ada kemungkinan dipotong anggarannya," kata Suryamin.
Besaran anggaran ini, menurut dia, masih dalam batas wajar, mengingat cakupan dari sensus ekonomi ini mencapai 17 sektor yang telah dibagi secara teknis. Salah satunya, yakni sektor perdagangan, sektor jasa, dan sektor industri.
"Memang sangat besar. Mengingat skala dan usaha yang akan disurvei. Mulai dari kelontong sampai usaha warteg. Omzet, pendapatan, tenaga kerja, gaji pegawai, sampai bayar pajak semua akan kami hitung," ungkap dia.
Sekadar informasi, sensus ekonomi 2016 yang dilakukan BPS ini merupakan kegiatan rutin setiap 10 tahun. Sensus ini merupakan yang keempat dari yang sebelumnya telah dilakukan pada tahun yang berakhir di angka enam. Yakni, tahun 1986, tahun 1996, dan terakhir tahun 2006. [***]
Sumber; Viva
0 komentar:
Posting Komentar