Ilustrasi |
Yang jadi pertanyaan, mengapa penggantian Kepala Polri harus dilakukan mendadak padahal masa aktif Jenderal Sutarman masih 10 bulan lagi. Pemberhentian Sutarman ini terbilang mendadak, bahkan Sutarman sendiri tidak pernah diajak bicara oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hal ini juga mendapat kritik dari para mantan petinggi Polri, salah satunya mantan Waka Polri, Komjen (Purn) Oegroseno.
Selain pergantian Kapolri yang mendadak, perhatian publik juga menyorot pergantian Kepala Bareskrim dari Komjen Suhardi Alius kepada Irjen Budi Waseso. Pergantian ini dilakukan setelah penetapan Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri ditunda oleh Presiden Jokowi karena tersangkut kasus korupsi. Apalagi ada tuduhan "pengkhianat" yang dilontarkan Kabareskrim yang baru.
"Salahnya apa sih kok tiba-tiba Jenderal Sutarman dan Kabareskrim Suhardi diganti?" ungkap politisi senior Rachmawati Soekarnoputri dalam pesan singkat kepada wartawan, Sabtu (24/1/2015).
Menurut politisi yang biasa disapa Mbak Rachma ini, sekarang makin terang benderang bahwa Komjen Budi Gunawan dengan "kekuatan" yang dimilikinya, apalagi merasa dibeking Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, membersihkan orang-orang yang dianggap jadi ganjalannya menuju kursi Kapolri.
"Membersihkan orang-orang yang dianggap jadi ganjalan memuluskan jalan jadi Kapolri, mengacak-acak internal Polri. Konon kalangan polisi juga tahu siapa yang bangun Bareskrim dan Lemdikpol, dan orang tahu siapa pengganti Kabareskrimnya," ungkap Rachmawati.
Budi Gunawan dan Budi Waseso juga disebutnya sebagai intelektual aktor dan operator dalam penangkapan Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto, kemarin, yang berujung protes keras masyarakat.
"Rakyat harus selamatkan Polri dari oknum-oknum yang jadi perpanjangan tangan kaum profitur, dan Jokowi harus copot dua Budi biang kerok kericuhan Polri dan KPK yang adalah sesama penegak hukum," tegas putri proklamator Bung Karno ini. [Rmol]
0 komentar:
Posting Komentar