Ilustrasi |
"Olehnya, kepedulian dan kewaspadaan masyarakat terhadap potensi peredaran uang palsu harus ditingkatkan agar tidak tertipu," katanya yang dikutip dari Antara, Minggu (6/7/2014).
Ia mengatakan transaksi uang tunai di masyarakat menjelang Pilpres dan Lebaran pasti akan meningkat sehingga membutuhkan kewaspadaan untuk menelitik keasliannya.
"Tindakan untuk mewaspadai peredaran uang kertas palsu itu dengan melakukan 3D, yakni dilihat, diraba dan diterawang," katanya.
Peredaran uang palsu itu pada umumnya dilakukan pada malam hari di daerah pedesaan, terutama pada pedagang kecil.
Motif pelaku adalah membelanjakan uang palsu pecahan Rp50 ribu ke atas dengan harapan dapat kembalian uang kertas asli.
Menurut dia, pemahaman yang baik akan ciri-ciri keaslian uang perlu diketahui oleh masyarakat.
Bank Indonesia Sulawesi Tengah juga secara rutin melakukan sosialisasi keaslian uang kepada berbagai kelompok masyarakat.
"Selain itu, kita juga harus memperlakukan uang dengan baik agar ciri keaslian uang dapat mudah dikenali," katanya.
Bank Indonesia Sulawesi Tengah mencatat peredaran uang kertas palsu di wilayahnya hingga akhir 2013 sebanyak 16 lembar dengan pecahan terbanyak Rp100.000.
Secara tahunan, temuan uang palsu di Sulawesi Tengah sebanyak 158 lembar atau menurun 15 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Purjoko mengatakan temuan uang palsu tersebut tidak termasuk uang yang ditemukan oleh pihak kepolisian.[Ant]
0 komentar:
Posting Komentar