Ilustrasi |
Ini penting sebab pilpres sekarang merupakan momentum bagi rakyat mencari sosok pemimpin yang berkualitas, bukan sekedar pencitraan semata. Rekam jejak serta pengalaman sebagai pemimpin harus menjadi prioritas. Rakyat pun memang sekarang sudah bosan dengan politik pencitraan.
"Kalau memang Jokowi benar, kenapa harus takut dan kebakaran jenggot dengan Obor Rakyat. Ini kan sesuatu yang patut dicurigai, pasti ada missing link yang belum terungkap jelas," kata Direktur Eksekutif Kebijakan Publik Rusmin Effendy yang dikutip Rakyat Merdeka Online, Kamis (19/6/2014).
Menurut Rusmin, Dewan Pers tidak bisa memvonis bahwa tabloid Obor Rakyat bukan merupakan produk jurnalistik. Karena, media partisan seperti itu sesuatu yang lumrah dalam setiap hajatan politik, bahkan hal serupa juga pernah terjadi saat Pilpres 2009 lalu.
"Kalau Jokowi merasa Obor Rakyat melakukan kampanye hitam maupun negative campaign, silakan saja membuat tabloid serupa yang berisikan pujian dan sanjungan buat Jokowi," kata Rusmin, sambil mengatakan, ini sebuah kreativitas teman-teman wartawan yang mengungkapkan suatu persoalan, yang kebetulan saja yang menjadi obyeknya adalah Jokowi yang selama ini selalu dipuja-puja seperti orang yang tidak punya dosa.
"Jadi, tidak usah merasa sewot dan kebakaran jenggot. Lagi pula teman-teman wartawan yang menerbitkan Obor Rakyat berani dan siap bertanggung jawab. Kalau pemberitaan Obor Rakyat bersifat fitnah, mana mungkin mereka berani bertanggungjawab," tegas Rusmin yang juga wartawan senior.(Rmol)
0 komentar:
Posting Komentar