Pawai Budaya (Ilustrasi) |
"Berbeda dengan negara-negara maju sudah mereduksi seni dan budaya lebih dalam pada aspek sosial dan kemasyarakatan," ujar M Abduh Aziz, Ketua Koalisi Seni Indonesia pada seminar nasional kebudayaan dalam refleksi 50 tahun Provinsi Sulawesi Tengah di Palu, Senin (14/4/2014).
Sehingga tidak heran, kata Aziz, negara-negara yang meletakkan seni dan budaya dalam aspek tersebut kualitas mereka lebih baik.
"Masyarakat yang menghargai seni, dia lebih kreatif, lebih inovatif, lebih cerdas sehingga dia bisa bersaing," katanya.
Pada seminar yang dilaksanakan Yayasan Tadulakota kerja sama pemerintah provinsi dan Kantor Berita ANTARA Biro Sulawesi Tengah tersebut Aziz juga mengatakan, lembaga yang ia pimpin tersebut sedang meneliti seluruh aspek terkait kebijakan kebudayaan seperti kebijakan penganggaran.
"Tidak ada kebijakan anggaran untuk budaya. Seniman yang mau mengakses dana masih dalam kategori mengemis," katanya.
Abduh Aziz mengatakan lembaga-lembaga seni dan budaya yang selama ini bertahan umumnya dibiayai oleh perorangan dalam lembaga tersebut.
"Dalam APBN kita anggaran mencapai Rp2,4 triliun, tapi tidak tahu apa yang dikerjakan," katanya.
Peserta seminar mengkritisi dan menuntut peran maksimal pemerintah dalam penguatan budaya lokal sebagai basis kekuatan suatu daerah.
"Dalam usia 50 tahun Sulawesi Tengah terdapat ribuan karya seniman yang sudah dihasilkan dari tangan seniman tapi putus di tangan birokrasi," kata Eman, seorang seniman dari Yayasan Tadulakota.
Seminar tersebut menghadirkan pembicara antara lain, pakar pendidikan dari Universitas Tadulako Prof Asep Mahfudz dan Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sulawesi Tengah, Norma Mardjanu.
"Selama ini karya-karya seni kita hanya menjadi pengantar acara-acara seremonial," kata Eman.
Sementara itu Prof Asep Mahfudz mengatakan sesungguhnya budaya adalah memanusiakan manusia.
"Budaya tidak terlepas dari seluruh aspek kehidupan," katanya.
Pendidikan misalnya, kata Asep, adalah proses dari kebudayaan yang tidak saja diperoleh melalui kekuatan buku tetapi pengalaman-pengalaman di lapangan.(ant)
Editor:Sutrisno
0 komentar:
Posting Komentar